Gulungan Herculaneum 2.000 Tahun yang Hangus telah Terbaca dengan Menggunakan AI dan Mengungkap Kata-kata yang Hilang

Gulungan Herculaneum
Sumber :
  • livescience.com

Malang, WISATA – Salah satu gulungan tertua di dunia, berusia dua milenium, berasal dari kota Herculaneum di Romawi yang hilang, yang sudah lama dianggap tidak dapat dibaca karena letusan dahsyat Gunung Vesuvius pada tahun 79 M, telah menghasilkan kata-kata pertama yang dapat diuraikan berkat teknologi baru. Dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan teknik pencitraan sinar-X yang canggih, para ilmuwan mampu membuka gulungan papirus yang rapuh dan mengungkap kata-kata yang hilang dalam bahasa Yunani kuno.

John Sellars: Stoicisme Sebagai Panduan Hidup di Era Modern

Gulungan yang hangus, dikenal sebagai PHerc. 172, adalah salah satu dari sekian banyak penemuan di reruntuhan Herculaneum, sebuah kota yang, seperti Pompeii, hancur akibat letusan tersebut. Panas yang hebat membuat gulungan-gulungan itu menjadi karbon, menjadikannya terlalu rapuh untuk dibuka secara fisik. Selama berabad-abad, para akademisi khawatir bahwa teks-teks ini, yang diyakini berisi karya-karya filsafat kuno tidak akan terbaca selamanya. Namun demikian, melalui upaya kolaboratif antara akademisi, ilmuwan komputer dan insinyur, kemajuan besar telah dicapai.

Dengan menggunakan sinkrotron—akselerator partikel yang menghasilkan sinar-X yang kuat—para ilmuwan di Diamond Light Source di Inggris memindai gulungan tersebut untuk membuat rekonstruksi 3D. Algoritme AI yang dikembangkan sebagai bagian dari kompetisi Vesuvius Challenge kemudian menganalisis pemindaian untuk mendeteksi tinta yang tersembunyi di dalam lapisan papirus.

Pierre Hadot: “Ketenangan Batin Lahir dari Pengendalian Emosi, Bukan dari Penolakan terhadap Perasaan”

Gulungan ini berisi lebih banyak teks yang dapat dipulihkan dibandingkan yang pernah kita lihat pada gulungan Herculaneum yang dipindai. Meskipun terdapat hasil yang menarik, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan metode perangkat lunak, sehingga dapat terbaca keseluruhan gulungan Herculaneum ini dan yang lainnya.

Di antara kata-kata pertama yang diuraikan dari PHerc. 172 adalah ἀδιάληπτος ('bodoh'), διατροπή ('jijik'), φοβ ('takut'), dan βίου ('hidup'). Semua kata-kata ini menunjukkan bahwa gulungan itu mungkin merupakan karya filsuf dan penyair Philodemus dari Gadara, salah satu penganut Epikuros terkemuka pada abad ke-1 SM. Menurut para ahli, hipotesis ini dikuatkan oleh gaya penulisannya, yang bertepatan dengan teks-teks lain yang dikaitkan dengan Philodemus dan oleh penggunaan tematik kata 'bodoh', yang menjadi ciri khas tulisannya.

Pierre Hadot: "Hidup yang Bermakna Dimulai dengan Kesadaran Akan Diri Sendiri"

Temuan ini memicu kegembiraan di dunia akademis dan merupakan momen luar biasa dalam sejarah ketika pustakawan, ilmuwan komputer dan cendekiawan dari periode klasik berkolaborasi untuk melihat hal-hal yang tidak terlihat. Langkah maju yang menakjubkan yang dicapai dengan pencitraan dan AI memungkinkan kita melihat ke dalam gulungan yang belum dibaca selama hampir 2.000 tahun.

Kisah di balik PHerc. 172 sama menariknya dengan teksnya. Digali dari reruntuhan vila megah Romawi, yang diyakini milik ayah mertua Julius Caesar, pada tahun 1750-an, gulungan tersebut dihadiahkan pada awal abad ke-19 oleh Raja Ferdinand IV dari Napoli dan Sisilia kepada calon Raja George IV dari Inggris. Kabarnya, pertukaran tersebut mencakup perdagangan yang aneh: Raja George menerima beberapa gulungan sebagai imbalan atas kiriman kanguru.

Halaman Selanjutnya
img_title