Negara Akan Hancur Jika Orang Jahat Berkuasa dan Orang Baik Diam: Relevansi Kritik Plato di Era Modern
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WIATA - Plato, salah satu filsuf terbesar sepanjang sejarah, pernah menyatakan bahwa "Negara akan hancur jika orang jahat menjadi pemimpin dan orang baik memilih untuk diam." Kutipan ini memberikan peringatan keras tentang bahaya ketika kekuasaan jatuh ke tangan yang salah, sementara mereka yang memiliki moralitas dan kebijaksanaan justru enggan bertindak.
Di era modern, pandangan ini masih sangat relevan. Berbagai krisis politik, ekonomi, dan sosial di banyak negara menunjukkan bagaimana kepemimpinan yang buruk dapat membawa kehancuran. Sementara itu, ketidakpedulian masyarakat yang baik dan cerdas terhadap politik hanya memperburuk keadaan, memungkinkan individu yang tidak bertanggung jawab untuk terus berkuasa.
Plato dan Konsep Kepemimpinan Ideal
Plato mengembangkan gagasannya tentang pemerintahan ideal dalam karyanya Republik. Ia berpendapat bahwa negara harus dipimpin oleh mereka yang memiliki kebijaksanaan dan karakter moral yang tinggi, bukan mereka yang hanya mengejar kekuasaan demi keuntungan pribadi.
Namun, dalam kenyataannya, sistem politik sering kali dikuasai oleh individu yang licik, oportunis, dan haus kekuasaan. Mereka bukan hanya mengambil keputusan yang merugikan rakyat, tetapi juga merusak sistem yang seharusnya melayani kepentingan bersama.
Sebaliknya, mereka yang memiliki integritas tinggi sering kali enggan terlibat dalam dunia politik. Banyak yang lebih memilih diam, menghindari konflik, atau merasa bahwa keterlibatan mereka tidak akan mengubah keadaan. Hal inilah yang oleh Plato disebut sebagai faktor yang mempercepat kehancuran suatu negara.
Ketika Orang Jahat Berkuasa
