Plato dan Kecantikan Sejati: Api yang Membakar Keinginan Duniawi
- Image Creator/Handoko
Malang, WISATA — Filsuf besar Yunani, Plato, dikenal luas atas pemikiran-pemikirannya yang mendalam mengenai cinta, kebenaran, dan keindahan. Salah satu kutipan terkenalnya berbunyi, “Kecantikan sejati menyentuh jiwa seperti nyala api yang membakar keinginan duniawi.” Kutipan ini bukan sekadar rangkaian kata puitis, tetapi merupakan refleksi dari pemahaman Plato terhadap esensi keindahan dalam kaitannya dengan spiritualitas dan pencarian makna hidup manusia.
Plato, murid dari Socrates dan guru dari Aristoteles, tidak pernah menganggap keindahan hanya sebagai sesuatu yang bersifat visual atau fisik. Bagi Plato, kecantikan yang sejati adalah bentuk dari kebenaran dan kebaikan yang lebih tinggi. Keindahan bukanlah sesuatu yang hanya dinikmati dengan mata, melainkan sesuatu yang menggugah jiwa, menyalakan kesadaran, dan mendorong manusia untuk meninggalkan hasrat-hasrat duniawi demi sesuatu yang lebih luhur.
Makna Mendalam di Balik Api Kecantikan
Plato menggambarkan keindahan sejati sebagai nyala api. Api, dalam banyak tradisi dan simbolisme kuno, adalah lambang transformasi, pembersihan, dan pencerahan. Maka ketika ia mengatakan bahwa kecantikan sejati menyentuh jiwa seperti api, Plato sedang menekankan bahwa pengalaman akan keindahan sejati memiliki daya untuk membakar keinginan-keinginan rendah yang bersifat material atau duniawi. Kecantikan semacam ini membangkitkan kerinduan akan sesuatu yang lebih dalam, lebih murni, dan lebih abadi.
Di era modern yang sering kali menekankan penampilan luar dan estetika fisik, pesan Plato ini mengajak kita untuk kembali merefleksikan apa arti kecantikan yang sesungguhnya. Ia mendorong kita untuk melihat melampaui tampilan luar, dan menyelami keindahan batiniah yang dapat menyentuh dan membakar jiwa kita.
Kecantikan Sejati sebagai Jalan Spiritual
Dalam karya terkenalnya Symposium dan Phaedrus, Plato menjelaskan teori tentang cinta dan keindahan dalam konteks metafisik. Ia menyatakan bahwa manusia, melalui pengalaman cinta terhadap sesuatu yang indah, akan terdorong untuk menaiki tangga kesadaran — dari kecantikan fisik ke kecantikan intelektual, dan akhirnya menuju bentuk kecantikan murni, yaitu keindahan yang abadi dan ilahi.