"Kebahagiaan Terletak pada Kebajikan": Pesan Ketiga Socrates yang Tetap Relevan di Era Modern

Socrates di Tengah Warga
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Socrates, filsuf besar dari Athena, memiliki pandangan yang revolusioner tentang kebahagiaan. Ia percaya bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam kekayaan, status sosial, atau pencapaian material lainnya. Sebaliknya, kebahagiaan terletak pada kebajikan—nilai-nilai seperti keadilan, kejujuran, keberanian, dan pengendalian diri.

Mengapa Kaum Sofis Menolak Kebenaran Mutlak? Pandangan Kontroversial tentang Kehidupan

Pandangan ini mungkin terdengar sederhana, tetapi memiliki makna yang sangat mendalam. Dalam dunia modern yang sering kali mengukur kesuksesan berdasarkan materi, pesan Socrates mengingatkan kita untuk kembali fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup. Bagaimana kebajikan dapat membawa kebahagiaan sejati, dan apa yang bisa kita pelajari dari ajaran Socrates ini? Artikel ini akan mengeksplorasi relevansi pesan Socrates di tengah kehidupan kontemporer.

Makna Kebahagiaan Menurut Socrates

Kebajikan Adalah Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati: Belajar dari Zeno

Bagi Socrates, kebahagiaan adalah hasil dari menjalani hidup yang selaras dengan kebajikan. Kebajikan bukan hanya sekadar sifat baik, tetapi sebuah panduan untuk bertindak yang mencerminkan keadilan, kebenaran, dan keseimbangan.

Socrates percaya bahwa orang yang menjalani hidup dengan kebajikan tidak hanya menciptakan dampak positif bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi masyarakat di sekitarnya. Kebahagiaan sejati, menurutnya, adalah kondisi di mana seseorang merasa damai dengan dirinya sendiri karena telah bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang ia pegang.

Apakah Kaum Sofis adalah Penjilat? Membandingkan Etika Yunani Kuno dengan Zaman Modern

Relevansi Pesan Socrates di Dunia Modern

Dalam dunia modern, tekanan untuk mencapai kesuksesan materi sering kali membuat orang melupakan nilai-nilai moral. Gaya hidup yang kompetitif dan budaya konsumerisme telah menciptakan ilusi bahwa kebahagiaan dapat dibeli dengan uang atau diraih melalui pencapaian eksternal.

Halaman Selanjutnya
img_title