Temuan Baru: Pola Makan Petani Awal Neolitikum di Skandinavia bukan Roti
- Instagram/raoul.durden
Malang, WISATA – Penelitian terbaru mengenai pemukiman Neolitikum berusia 5.500 tahun di Pulau Funen, Denmark, menantang asumsi lama tentang pola makan pertanian awal. Situs ini, yang terkait dengan Budaya Gelas Corong, telah menghasilkan banyak artefak, termasuk batu gerinda dan lebih dari 5.000 biji-bijian serealia yang dikarbonisasi seperti jelai, gandum emmer dan gandum durum.
Secara tradisional, batu gerinda dianggap berfungsi sebagai alat untuk memproduksi tepung guna memanggang roti. Namun, penelitian terkini yang dilakukan oleh tim internasional dari Denmark, Jerman dan Spanyol, termasuk ahli arkeobotani Dr. Welmoed Out dan peneliti senior Dr. Niels H. Andersen dari Museum Moesgaard, menawarkan perspektif yang berbeda. Para peneliti menggunakan metode canggih untuk menganalisis sisa-sisa tanaman mineral mikroskopis (fitolit) dan butiran pati yang ditemukan pada batu gerinda ini. Anehnya, tidak ditemukan jejak penggilingan serealia. Sebaliknya, butiran pati yang teridentifikasi berasal dari tanaman liar, bukan serealia.
Pada pemukiman tersebut, tidak ditemukan serealia yang digiling. Batu penggiling hanya berfungsi sebagai alu untuk menghancurkan bahan.
Temuan yang dipublikasikan dalam Vegetation History and Archaeobotany menunjukkan bahwa petani Neolitikum awal di Frydenlund menyiapkan sereal sebagai bubur atau bubur jagung, bukan roti. Penemuan ini sejalan dengan bukti dari situs Funnel Beaker lainnya di seluruh Eropa Utara, tempat ditemukannya sisa-sisa serealia matang, buah beri, kacang, akar dan daging. Menurut Dr. Andersen, "Para petani awal tidak hidup dari roti dan air, melainkan bubur dan air, bersama dengan makanan lain yang dikumpulkan dan diburu."
Penelitian ini juga menantang asumsi tentang pembuatan bir awal di Denmark. Meskipun produksi bir didokumentasikan dalam konteks Neolitikum lainnya, bukti tersebut belum ditemukan di Denmark selama periode ini. Praktik pembuatan bir tampaknya baru muncul di wilayah tersebut selama Zaman Perunggu.
Selain sereal, para peneliti mengidentifikasi hazelnut dan blackberry sebagai komponen makanan penting, yang mencerminkan perpaduan antara pertanian dan perburuan. Penggunaan eksklusif batu penggiling untuk memproses tanaman liar menggarisbawahi pentingnya makanan yang diburu bahkan saat pertanian menjadi lebih mapan.
Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang menerapkan analisis fitolit dan pati pada batu giling milik petani awal Eropa Utara, sehingga menawarkan wawasan yang belum pernah ada sebelumnya mengenai persiapan makanan Neolitikum.