Pesan Abadi Al-Ghazali: Fokus pada Diri Sendiri, Bukan Dosa Orang Lain

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali
Sumber :
  • Islam Santun

Malang, WISATA - Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terlalu cepat menilai kesalahan orang lain tanpa menyadari bahwa diri sendiri belum tentu bebas dari kekurangan. Pemikiran ini terangkum dalam sebuah nasihat bijak dari Al-Ghazali, seorang ulama besar dan filsuf Muslim: "Jangan melihat dosa orang lain, lihatlah ke dalam dirimu sendiri." Ungkapan ini mengandung makna mendalam yang relevan dengan kehidupan modern, di mana media sosial sering kali menjadi arena untuk menghakimi dan membandingkan diri dengan orang lain.

Membedah Perbedaan Konsepsi Kebahagiaan: Pandangan Aristoteles vs. Al-Ghazali

Makna Mendalam di Balik Pesan Al-Ghazali

Al-Ghazali, dalam karyanya yang terkenal Ihya Ulum al-Din, sering menekankan pentingnya introspeksi atau muhasabah. Menurutnya, manusia cenderung mencari kekurangan di luar dirinya karena lebih mudah melihat "noda" di pakaian orang lain daripada di pakaian sendiri. Namun, Al-Ghazali mengingatkan bahwa fokus pada dosa orang lain hanya akan menghalangi pertumbuhan spiritual dan pembenahan diri.

Tren Wisata Baru untuk Gen Z: JOMO, Forest Bathing, dan Stoikisme dalam Mencari Kedamaian di Era Modern

Dalam konteks kehidupan modern, pesan ini semakin relevan. Era digital membawa kita pada kebiasaan menghakimi orang lain melalui komentar negatif di media sosial. Sebuah survei dari Pew Research Center tahun 2023 menemukan bahwa 64% pengguna media sosial pernah menjadi korban komentar negatif atau kritik yang tidak membangun. Hal ini menunjukkan betapa mudahnya masyarakat terjebak dalam budaya saling menilai, tanpa menyadari dampak buruknya terhadap kesehatan mental.

Mengapa Kita Sering Melihat Dosa Orang Lain?

Kebahagiaan Terletak pada Pandangan Kita: Mengapa Perspektif Kita Bisa Menentukan Hidup Kita

Psikolog sosial menjelaskan fenomena ini sebagai bias atribusi, yaitu kecenderungan manusia untuk melihat kesalahan orang lain sebagai akibat karakter pribadi mereka, tetapi melihat kesalahan diri sendiri sebagai akibat situasi eksternal. Misalnya, ketika seseorang terlambat, kita mungkin langsung menganggapnya tidak disiplin, tetapi ketika kita sendiri terlambat, kita menyalahkan lalu lintas atau keadaan darurat.

Data dari jurnal Frontiers in Psychology (2023) menunjukkan bahwa orang yang sering menilai kesalahan orang lain cenderung memiliki tingkat empati yang lebih rendah dan merasa kurang bahagia dalam hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa fokus pada kekurangan orang lain tidak hanya merugikan hubungan sosial tetapi juga berdampak negatif pada diri sendiri.

Halaman Selanjutnya
img_title