Mengapa Ketimpangan Ekonomi Menghancurkan Demokrasi? Perspektif John Rawls

A Theory of Justice (1971), John Rawls
Sumber :
  • Tangkapan layar

Malang, WISATA -  Ketimpangan ekonomi semakin menjadi isu penting yang mempengaruhi stabilitas sosial dan politik di banyak negara. Di tengah kemajuan teknologi dan globalisasi, ketimpangan semakin melebar, dengan segelintir orang menikmati kekayaan yang melimpah, sementara banyak orang lainnya hidup dalam kemiskinan. Dalam pandangan filsuf politik John Rawls, ketimpangan ini dapat menghancurkan demokrasi. Lalu, bagaimana sebenarnya pandangan Rawls mengenai hubungan antara ketimpangan ekonomi dan keruntuhan demokrasi?

Demokrasi: Dari Athena Kuno hingga Tantangan Modern – Sejarah dan Perkembangan yang Membentuk Dunia

Teori Keadilan John Rawls

John Rawls, dalam karyanya yang monumental, A Theory of Justice, mengajukan prinsip-prinsip keadilan yang bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi. Dua prinsip utama yang dia kemukakan adalah:

  1. Prinsip Kebebasan: Setiap individu memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang tidak dapat dikompromikan untuk kepentingan orang lain.
  2. Prinsip Perbedaan: Ketidaksetaraan hanya bisa diterima jika memberikan keuntungan terbesar bagi mereka yang paling tidak beruntung dalam masyarakat.
Kapitalisme yang Adil? Pelajaran dari John Rawls tentang Redistribusi Kekayaan

Rawls berpendapat bahwa ketimpangan yang tidak terkendali akan merusak prinsip-prinsip ini. Ketika sebagian besar kekayaan hanya dimiliki oleh segelintir orang, sementara mayoritas rakyat tetap miskin dan tidak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja, maka hal ini akan menciptakan ketidakstabilan sosial dan politik.

Ketimpangan Ekonomi dan Kematian Demokrasi

Overlapping Consensus: Resep John Rawls untuk Harmoni di Dunia Pluralis

Menurut Rawls, demokrasi dapat hancur ketika kekayaan dan kekuasaan terakumulasi di tangan sedikit orang yang memiliki kendali atas politik dan ekonomi. Dalam situasi seperti ini, keputusan-keputusan politik tidak lagi didasarkan pada prinsip keadilan yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat banyak, melainkan lebih untuk kepentingan elit yang kaya dan berkuasa.

Ketimpangan ekonomi yang parah dapat menghasilkan ketidakpuasan sosial yang meluas. Masyarakat akan merasa bahwa sistem politik dan ekonomi tidak berpihak pada mereka. Hal ini dapat memicu konflik sosial, polarisasi politik, bahkan kekerasan. Dalam konteks ini, demokrasi—sebagai sistem pemerintahan yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama—akan kehilangan legitimasi dan kekuatannya.

Pengaruh Ketimpangan pada Partisipasi Politik

Ketimpangan ekonomi juga mempengaruhi partisipasi politik. Rawls berpendapat bahwa kesetaraan kesempatan adalah kunci dalam sebuah demokrasi yang sehat. Namun, jika sebagian besar kekayaan dan sumber daya terkonsentrasi pada kelompok elit, maka kelompok yang lebih miskin dan terpinggirkan akan kesulitan untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses politik. Hal ini akan menghasilkan ketidakseimbangan dalam pengambilan keputusan dan memperlebar jurang ketidaksetaraan yang ada.

Solusi Rawls untuk Mengatasi Ketimpangan

Untuk mengatasi ketimpangan yang merusak demokrasi, Rawls mengusulkan redistribusi kekayaan dan sumber daya melalui kebijakan yang lebih adil. Salah satu caranya adalah dengan mengenakan pajak progresif dan menyediakan akses yang lebih besar untuk pendidikan dan layanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama yang paling tidak beruntung.

Ketimpangan ekonomi tidak hanya merugikan individu yang kurang beruntung, tetapi juga dapat menghancurkan fondasi demokrasi itu sendiri. Dalam perspektif John Rawls, ketimpangan yang tidak terkendali berpotensi mengikis nilai-nilai dasar keadilan dan kesetaraan yang merupakan pilar demokrasi. Untuk itu, penting bagi negara dan masyarakat untuk menerapkan kebijakan yang mendukung redistribusi kekayaan dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang agar demokrasi dapat bertahan dan berkembang.