Kisruh Harga Pokok Produksi: Mengapa Petani Lokal Kalah Bersaing dengan Thailand dan Vietnam?
- Vision. org
Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah menerapkan program subsidi, seperti subsidi pupuk dan benih. Namun, implementasi program ini sering kali menemui kendala di lapangan, sehingga manfaatnya tidak sepenuhnya dirasakan oleh petani. Dalam beberapa kasus, subsidi pupuk dan benih tidak tepat sasaran, atau proses distribusinya terganggu sehingga petani tidak mendapatkan bahan produksi yang mereka butuhkan.
Thailand dan Vietnam, di sisi lain, memiliki kebijakan subsidi yang lebih terstruktur dan efisien. Mereka juga memberikan insentif kepada petani untuk meningkatkan produktivitas, seperti pelatihan dan pendampingan teknis. Dengan kebijakan yang tepat, kedua negara tersebut berhasil menjaga stabilitas harga bahan produksi dan menekan HPP beras mereka.
Dampak Tingginya HPP Terhadap Petani Lokal dan Konsumen
1. Daya Saing yang Lemah di Pasar Internasional
Dengan HPP yang tinggi, harga beras Indonesia menjadi lebih mahal dibandingkan beras dari Thailand dan Vietnam. Akibatnya, beras Indonesia sulit menembus pasar internasional, yang didominasi oleh Thailand dan Vietnam. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia bahkan harus mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan domestik, karena beras impor memiliki harga yang lebih kompetitif.
2. Harga Beras di Pasar Domestik Cenderung Tinggi
Tingginya HPP juga berdampak pada harga beras di pasar domestik. Di Indonesia, harga beras sering kali lebih tinggi dibandingkan harga beras di negara-negara tetangga, yang tentu saja berdampak pada daya beli masyarakat. Konsumen di Indonesia harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk memenuhi kebutuhan beras, yang merupakan makanan pokok utama.