Siapa Zeno dari Citium? Mengapa Filosofi Stoicisme-nya Masih Menginspirasi Banyak Orang?

Zeno dari Citium
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Zeno dari Citium adalah salah satu filsuf paling berpengaruh dalam sejarah filsafat Barat. Lahir di Citium, sebuah kota kecil di pulau Siprus sekitar tahun 334 SM, Zeno dikenal sebagai pendiri aliran Stoicisme, sebuah filosofi yang mengajarkan pentingnya pengendalian diri, kebajikan, dan penerimaan terhadap takdir. Meskipun hidupnya sudah berakhir lebih dari dua ribu tahun yang lalu, ajaran Zeno tetap relevan dan terus menginspirasi banyak orang hingga hari ini.

Massimo Pigliucci dan Stoikisme Ilmiah: Menghidupkan Filosofi Kuno di Era Rasional Modern

Zeno dari Citium dan Awal Kehidupannya

Sebagai seorang pemuda, Zeno tidak langsung terjun ke dunia filsafat. Ia memulai hidupnya sebagai pedagang yang melakukan perjalanan jauh untuk berdagang barang. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika kapal yang ia tumpangi karam dalam perjalanan dagangnya. Semua harta miliknya hilang, dan Zeno terdampar di Athena tanpa uang sepeser pun.

Menghidupkan Filosofi Abadi: Ryan Holiday dan Kebangkitan Stoikisme di Era Modern

Di Athena, Zeno mulai membaca buku-buku filsafat, yang kemudian membawanya pada pertemuan dengan beberapa filsuf besar zaman itu. Setelah beberapa tahun belajar dengan berbagai guru filsafat, Zeno merasa bahwa ajaran Cynic, yang diajarkan oleh Krates dari Thebes, sangat mempengaruhi pandangannya. Meskipun begitu, Zeno kemudian mengembangkan filsafatnya sendiri yang dikenal sebagai Stoicisme.

Ajaran Stoicisme: Ketenangan Batiniyah sebagai Kunci Kebahagiaan

JOMO: Tren Wisata yang Mengubah Cara Kita Menikmati Kehidupan ala Stoicisme dan Etnaprana

Stoicisme, yang dibangun oleh Zeno, mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada kekayaan atau kenikmatan fisik, melainkan pada pengendalian diri dan ketenangan batin. Ajaran ini menekankan pentingnya hidup sesuai dengan alam, berfokus pada kebajikan sebagai jalan menuju kebahagiaan, dan menerima kenyataan dengan lapang dada.

Menurut Stoicisme, penderitaan muncul dari ketidakseimbangan emosional dan reaksi berlebihan terhadap keadaan eksternal. Oleh karena itu, ajaran ini mendorong kita untuk menjaga kontrol terhadap emosi dan berusaha untuk tidak terpengaruh oleh hal-hal yang di luar kendali kita. Prinsip ini sangat relevan di dunia modern, di mana stres dan kecemasan menjadi masalah yang sering dihadapi banyak orang.

Halaman Selanjutnya
img_title