Stoicisme: Mengendalikan Apa yang Bisa Dikendalikan dan Menerima yang Tak Bisa Diubah

Zeno dari Citium
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan dan tekanan. Mulai dari masalah pekerjaan, hubungan sosial, hingga kesehatan, semua bisa menimbulkan stres yang mengganggu kesejahteraan mental kita. Di tengah dinamika hidup yang penuh ketidakpastian, filosofi Stoicisme menawarkan pendekatan yang sederhana namun mendalam: fokuslah pada apa yang bisa kita kendalikan dan terimalah dengan lapang dada apa yang tidak bisa kita ubah.

Karya-Karya Terbaik dari Stoik Modern Mark Manson yang Mengubah Hidup Banyak Orang

Apa Itu Stoicisme?

Stoicisme adalah aliran filsafat yang berkembang di Yunani kuno, didirikan oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM. Filosofi ini kemudian diadopsi dan dikembangkan oleh tokoh-tokoh terkenal seperti Epictetus, Marcus Aurelius, dan Seneca. Stoicisme menekankan pada pengendalian diri, ketenangan pikiran, dan kehidupan yang selaras dengan alam.

Pierre Hadot: “Latihan Mental adalah Jembatan antara Pikiran dan Tindakan”

Inti dari ajaran Stoicisme adalah dikotomi kendali, yang mengajarkan kita untuk membedakan antara hal-hal yang berada dalam kendali kita dan hal-hal yang tidak berada dalam kendali kita. Stoik percaya bahwa kebahagiaan dan kedamaian batin dapat dicapai dengan memfokuskan energi kita pada hal-hal yang dapat kita kendalikan dan melepaskan kecemasan atas hal-hal yang tidak bisa kita ubah.

Prinsip Dasar Stoicisme

Inspirasi Donald J. Robertson: "Setiap Hari adalah Kesempatan untuk Berpikir Lebih Baik dan Menjadi Lebih Bijaksana"

Filosofi Stoicisme dapat dipecah menjadi beberapa prinsip dasar yang, jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dapat membantu seseorang mengatasi tekanan dan ketidakpastian hidup.

1. Dikotomi Kendali

Prinsip paling mendasar dalam Stoicisme adalah dikotomi kendali. Menurut Stoik, ada dua jenis hal dalam hidup: hal-hal yang berada di bawah kendali kita dan hal-hal yang berada di luar kendali kita.

Hal-hal yang berada di bawah kendali kita meliputi pikiran, sikap, dan tindakan kita. Kita memiliki kekuatan penuh untuk mengendalikan cara kita berpikir, bereaksi, dan bertindak dalam situasi tertentu. Di sisi lain, ada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, seperti cuaca, tindakan orang lain, atau bahkan hasil dari usaha kita.

Dengan memahami dikotomi kendali, kita dapat mengalihkan fokus kita dari hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan dan mulai memusatkan energi kita pada apa yang bisa kita perbaiki. Ini membantu kita untuk lebih bijak dalam menghadapi tantangan hidup dan mengurangi kecemasan yang tidak perlu.

2. Amor Fati: Mencintai Takdir

Salah satu ajaran Stoic yang menarik adalah konsep Amor Fati, yang berarti "cintailah takdirmu." Ini mengajarkan kita untuk menerima setiap kejadian dalam hidup, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan, sebagai bagian dari rencana yang lebih besar.

Stoik percaya bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan hukum alam, dan kita tidak memiliki kendali atas takdir kita. Dengan mencintai takdir kita dan menerima segala sesuatu sebagaimana adanya, kita bisa menjalani hidup dengan lebih damai dan tanpa penyesalan.

Amor Fati juga mengajarkan kita untuk berhenti melawan kenyataan dan belajar untuk hidup selaras dengan apa yang terjadi. Daripada mengeluh atau berusaha mengubah sesuatu yang tidak bisa diubah, Stoik mengajak kita untuk menerima kenyataan dengan lapang dada dan tetap bersyukur.

3. Menghadapi Ketidakpastian dengan Ketenangan

Stoicisme mengajarkan kita untuk mempersiapkan diri menghadapi ketidakpastian dengan ketenangan. Salah satu cara yang diajarkan oleh Stoik untuk mencapai ketenangan adalah melalui latihan mental yang dikenal sebagai premeditatio malorum, atau "antisipasi hal-hal buruk."

Latihan ini melibatkan membayangkan skenario terburuk yang mungkin terjadi dalam hidup kita, seperti kehilangan pekerjaan, penyakit, atau kehilangan orang yang kita cintai. Tujuannya bukan untuk menjadi pesimis, tetapi untuk mempersiapkan diri secara mental dan emosional terhadap kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Dengan menghadapi ketidakpastian hidup secara proaktif dan mempersiapkan diri untuk yang terburuk, kita bisa mengurangi rasa takut dan kecemasan. Ketika hal buruk benar-benar terjadi, kita sudah siap untuk menghadapinya dengan tenang dan tabah.

4. Memento Mori: Mengingat Kematian

Memento Mori, atau "ingatlah akan kematian," adalah prinsip lain dalam Stoicisme yang menekankan pada pentingnya kesadaran akan kefanaan hidup. Stoik percaya bahwa dengan selalu mengingat bahwa hidup ini terbatas, kita akan lebih menghargai setiap momen yang kita miliki.

Memento Mori mengajak kita untuk hidup dengan tujuan dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Dengan menyadari bahwa waktu kita di dunia ini terbatas, kita akan lebih termotivasi untuk menjalani hidup yang bermakna dan penuh kebajikan.

Selain itu, kesadaran akan kematian juga membantu kita untuk melepaskan rasa takut terhadap hal yang tidak bisa dihindari. Alih-alih khawatir tentang akhir hidup, kita diajak untuk hidup dengan penuh rasa syukur dan menghargai setiap hari yang kita miliki.

Relevansi Stoicisme di Zaman Modern

Meskipun Stoicisme berasal dari Yunani kuno, prinsip-prinsipnya tetap relevan di dunia modern. Dalam era yang penuh dengan tekanan pekerjaan, ekspektasi sosial, dan perubahan global yang cepat, filosofi Stoik menawarkan solusi untuk menghadapi stres dan kecemasan dengan cara yang lebih bijaksana.

Misalnya, dalam dunia kerja yang kompetitif, kita sering kali merasa cemas tentang hasil yang tidak bisa kita kendalikan, seperti penilaian bos atau keputusan perusahaan. Dengan menerapkan dikotomi kendali, kita bisa fokus pada usaha dan sikap kita sendiri tanpa terlalu khawatir tentang hasil akhirnya.

Selain itu, konsep Amor Fati mengajarkan kita untuk menerima tantangan dan rintangan sebagai bagian dari perjalanan hidup. Dalam konteks kehidupan modern yang penuh dengan ketidakpastian, kemampuan untuk menerima kenyataan dan terus maju tanpa mengeluh adalah kekuatan yang sangat berharga.

Mengatasi Stres dengan Stoicisme

Banyak orang yang mencari cara untuk mengatasi stres dalam hidup mereka, dan Stoicisme menawarkan pendekatan yang sederhana namun efektif. Dengan memahami bahwa tidak semua hal berada di bawah kendali kita, kita bisa melepaskan beban kecemasan yang sering kali datang dari keinginan untuk mengendalikan segala sesuatu.

Selain itu, Stoik mengajarkan kita untuk menerima kenyataan dengan lapang dada, bahkan ketika situasi tidak berjalan sesuai rencana. Dengan merangkul Amor Fati dan menjalani hidup dengan kebajikan, kita bisa menemukan kedamaian batin dan ketenangan dalam menghadapi tekanan sehari-hari.

Stoicisme menawarkan pandangan hidup yang kuat dan mendalam untuk menghadapi tantangan dan ketidakpastian dalam hidup. Dengan fokus pada apa yang bisa kita kendalikan dan menerima dengan lapang dada apa yang tidak bisa kita ubah, kita bisa mencapai ketenangan batin dan menjalani hidup yang lebih bermakna.

Prinsip-prinsip seperti dikotomi kendali, Amor Fati, premeditatio malorum, dan Memento Mori memberikan panduan praktis untuk menghadapi stres dan kecemasan dengan lebih bijaksana. Dengan menerapkan ajaran Stoik dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menemukan jalan menuju kebahagiaan yang lebih stabil dan mendalam.