Fakta Mengejutkan di Balik Penulisan Max Havelaar: Kisah Nyata yang Menjadi Sastra Abadi
- Image Creator/Handoko
Malang, WISATA - Max Havelaar adalah salah satu novel paling berpengaruh dalam sejarah sastra Belanda dan Indonesia. Ditulis oleh Eduard Douwes Dekker dengan nama pena Multatuli, novel ini bukan sekadar karya fiksi, melainkan kesaksian nyata atas ketidakadilan sistem kolonial Belanda di Indonesia pada abad ke-19. Namun, di balik keabadian novel ini, ada berbagai fakta mengejutkan yang mengungkap proses penulisannya serta kisah nyata yang menginspirasi lahirnya Max Havelaar.
1. Lahir dari Pengalaman Nyata di Tanah Jawa
Sebelum menjadi penulis, Eduard Douwes Dekker adalah seorang pegawai kolonial Belanda yang mengabdi di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Pada tahun 1838, ia mulai bekerja di berbagai wilayah di Nusantara, termasuk Padang, Surabaya, dan Manado. Namun, pengalaman yang paling membekas dalam hidupnya terjadi saat ia menjabat sebagai Asisten Residen di Lebak, Banten, pada tahun 1856.
Di sana, ia menyaksikan bagaimana sistem tanam paksa membuat rakyat menderita. Para petani dipaksa bekerja di perkebunan tanpa bayaran yang layak, sementara pejabat kolonial dan bangsawan lokal hidup dalam kemewahan. Douwes Dekker berusaha melaporkan penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi, tetapi justru mendapat perlawanan dari atasannya. Akibatnya, ia dipecat dan kembali ke Belanda dengan perasaan kecewa dan amarah.
Inilah yang kemudian menjadi inspirasi utama bagi novel Max Havelaar, yang diterbitkan pada tahun 1860.
2. Ditulis dalam Keadaan Miskin dan Terasing
Setelah kembali ke Belanda, Douwes Dekker menghadapi kesulitan ekonomi. Ia kehilangan pekerjaannya di pemerintahan kolonial dan harus hidup dalam kemiskinan. Dalam kondisi yang serba sulit, ia menulis Max Havelaar di sebuah losmen kecil di Belgia.