Menyoroti Tren: 8 Dari 10 Anak Muda Singapura Lebih Pilih Melajang
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh Institute of Policy Studies (IPS) Singapura mengungkapkan tren yang mengkhawatirkan: 8 dari 10 anak muda Singapura usia 21-34 tahun lebih memilih untuk melajang daripada menikah.
Temuan ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam norma sosial dan nilai-nilai keluarga di negara tersebut. Survei ini dilakukan pada akhir tahun 2023 dan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak dari berbagai kelompok demografis.
Alasan di Balik Fenomena Melajang
Survei IPS mengidentifikasi beberapa faktor utama yang mendorong tren ini, yaitu:
- Biaya hidup yang tinggi: Singapura terkenal sebagai salah satu negara termahal di dunia. Biaya hidup yang tinggi, terutama terkait dengan perumahan dan pendidikan, menjadi beban finansial yang signifikan bagi banyak anak muda. Hal ini membuat mereka ragu untuk menikah dan membangun keluarga.
- Fokus pada karir: Generasi muda Singapura sangat ambisius dan fokus pada pengembangan karir mereka. Mereka ingin mencapai stabilitas finansial dan kesuksesan profesional sebelum menikah. Hal ini seringkali membutuhkan waktu dan komitmen yang besar, sehingga mereka menunda pernikahan.
- Perubahan norma sosial: Pandangan tentang pernikahan dan keluarga telah berubah secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Generasi muda Singapura lebih individualistik dan tidak merasa tertekan untuk mengikuti tradisi pernikahan. Mereka lebih memilih untuk fokus pada kebahagiaan dan kesejahteraan diri mereka sendiri.
- Ketersediaan pilihan hidup yang lebih beragam: Generasi muda Singapura memiliki lebih banyak pilihan hidup daripada generasi sebelumnya. Mereka dapat memilih untuk tinggal bersama pasangan tanpa menikah, fokus pada karir dan pengembangan diri, atau mengejar minat dan hobi mereka.
Dampak Tren Melajang
Tren melajang ini dapat berdampak signifikan pada masa depan Singapura. Tingkat kelahiran yang rendah dapat menyebabkan populasi yang menua dan menyusut, yang dapat membebani sistem jaminan sosial dan ekonomi negara. Hal ini juga dapat menyebabkan kekurangan tenaga kerja di beberapa sektor.
Pemerintah Singapura telah menyadari tren ini dan telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasinya, seperti memberikan insentif keuangan bagi pasangan yang menikah dan memiliki anak. Namun, masih banyak yang harus dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor yang mendorong tren melajang, seperti biaya hidup yang tinggi dan norma sosial yang berubah.
Tren melajang di kalangan anak muda Singapura adalah fenomena kompleks yang didorong oleh berbagai faktor. Penting untuk memahami faktor-faktor ini dan mencari solusi yang dapat membantu mendorong pernikahan dan membangun keluarga di negara tersebut.