Mengapa Perang Jawa Meletus? Sebab-Sebab yang Memicu Pemberontakan

Perang Jawa (1825-1830) oleh Jhr. F. V. A. Ridder de Stuers
Sumber :
  • Cuplikan Layar

Ketika Sultan Hamengkubuwono III wafat pada tahun 1814, Belanda tidak memilih Diponegoro sebagai penerusnya, meskipun ia adalah anak sulung. Sebaliknya, mereka menunjuk Hamengkubuwono IV, adik tiri Diponegoro yang masih muda dan lebih mudah dikendalikan.

Perang Kaputren: Ketika Perempuan Ikut Bertempur

Ketika Hamengkubuwono IV meninggal pada tahun 1822, Belanda kembali mengintervensi dan mengangkat Hamengkubuwono V yang saat itu masih anak-anak. Ini berarti kekuasaan kesultanan berada di tangan wali raja yang tunduk pada Belanda.

Bagi Diponegoro, ini adalah penghinaan. Ia melihat bahwa Belanda telah merampas hak-hak kesultanan dan menjadikan raja hanya sebagai boneka mereka.

Jan Pieterszoon Coen: Pemimpin VOC yang Mengubah Sejarah Nusantara

2. Pajak yang Mencekik Rakyat Jawa

Selain campur tangan politik, kebijakan ekonomi kolonial semakin menindas rakyat Jawa. Pajak yang tinggi dan sistem kerja paksa membuat kehidupan masyarakat semakin sulit.

Pengepungan di Bagelen: Ketika Pasukan Diponegoro Mulai Terjepit

Sebelum Perang Jawa, Belanda menerapkan sistem pajak tanah yang sangat memberatkan. Rakyat dipaksa membayar pajak dalam bentuk hasil bumi atau uang tunai. Jika gagal membayar, mereka bisa kehilangan tanah atau dijadikan pekerja paksa.

Banyak rakyat kecil yang terjebak dalam kemiskinan akibat sistem pajak ini. Mereka kehilangan hak atas tanah mereka sendiri dan dipaksa bekerja untuk kepentingan Belanda.

Halaman Selanjutnya
img_title