Mengapa Perang Jawa Meletus? Sebab-Sebab yang Memicu Pemberontakan
- Cuplikan Layar
Ketika Sultan Hamengkubuwono III wafat pada tahun 1814, Belanda tidak memilih Diponegoro sebagai penerusnya, meskipun ia adalah anak sulung. Sebaliknya, mereka menunjuk Hamengkubuwono IV, adik tiri Diponegoro yang masih muda dan lebih mudah dikendalikan.
Ketika Hamengkubuwono IV meninggal pada tahun 1822, Belanda kembali mengintervensi dan mengangkat Hamengkubuwono V yang saat itu masih anak-anak. Ini berarti kekuasaan kesultanan berada di tangan wali raja yang tunduk pada Belanda.
Bagi Diponegoro, ini adalah penghinaan. Ia melihat bahwa Belanda telah merampas hak-hak kesultanan dan menjadikan raja hanya sebagai boneka mereka.
2. Pajak yang Mencekik Rakyat Jawa
Selain campur tangan politik, kebijakan ekonomi kolonial semakin menindas rakyat Jawa. Pajak yang tinggi dan sistem kerja paksa membuat kehidupan masyarakat semakin sulit.
Sebelum Perang Jawa, Belanda menerapkan sistem pajak tanah yang sangat memberatkan. Rakyat dipaksa membayar pajak dalam bentuk hasil bumi atau uang tunai. Jika gagal membayar, mereka bisa kehilangan tanah atau dijadikan pekerja paksa.
Banyak rakyat kecil yang terjebak dalam kemiskinan akibat sistem pajak ini. Mereka kehilangan hak atas tanah mereka sendiri dan dipaksa bekerja untuk kepentingan Belanda.