Persekutuan yang Rapuh: Konflik Internal di Kubu Diponegoro

Ilustrasi Perang Jawa
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA - Artikel ini ditulis berdasarkan dokumen berjudul Gedenkschrift van den oorlog op Java, 1825-1830, yang merupakan terjemahan dari bahasa Prancis ke bahasa Belanda oleh Letnan Kolonel H. M. Lange. Buku ini adalah laporan mengenai Perang Jawa (1825-1830) yang ditulis oleh Jhr. F. V. A. Ridder de Stuers, seorang perwira militer Belanda yang berpartisipasi dalam konflik tersebut. Buku ini mengisahkan Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro melawan pemerintahan kolonial Belanda. Artikel ini merupakan artikel keempat belas dari tiga puluh artikel yang direncanakan akan dimuat secara berseri.

Perlawanan di Madiun: Saat Belanda Mulai Mendapat Kemenangan

Konflik dari Dalam: Retakan di Kubu Perlawanan

Perang Jawa tidak hanya ditandai dengan pertempuran sengit antara pasukan Diponegoro dan Belanda, tetapi juga oleh dinamika internal yang kompleks di dalam kubu perlawanan. Meskipun dipersatukan oleh semangat melawan penjajahan, ternyata terdapat perpecahan dan konflik internal di antara para pejuang yang tergabung dalam kubu Diponegoro. Persekutuan yang awalnya diharapkan menjadi simbol persatuan rakyat kini mulai menunjukkan retakan, yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan, pertentangan antara elit tradisional dan kaum militer muda, serta persaingan antar tokoh-tokoh perlawanan.

Benteng-Benteng Kecil: Strategi Baru Belanda untuk Memutus Jalur Gerilya

Pada awalnya, perlawanan Diponegoro berhasil menarik dukungan luas dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari bangsawan, petani, ulama, hingga para prajurit gerilya. Namun, ketika perang semakin berkepanjangan dan tekanan Belanda makin terasa, perbedaan pandangan tentang strategi, pembagian hasil perjuangan, serta persoalan internal kekuasaan mulai muncul dan menggerogoti kesatuan kubu perlawanan.

1. Latar Belakang Konflik Internal

Perang di Pegunungan: Bagaimana Pasukan Diponegoro Menguasai Jawa Tengah

Perbedaan Kepentingan Antar Tokoh

Di dalam kubu perlawanan, terdapat berbagai tokoh dengan latar belakang yang berbeda. Beberapa di antaranya merupakan bangsawan yang memiliki ikatan erat dengan tradisi dan adat istiadat Jawa, sementara yang lain adalah pemimpin muda yang lebih mengutamakan strategi militer modern. Perbedaan nilai, tujuan, dan cara pandang ini kerap kali menimbulkan ketegangan.
Misalnya, sebagian bangsawan lebih menekankan pada legitimasi tradisional dan pemulihan kedaulatan Kesultanan, sedangkan para pemimpin militer muda lebih fokus pada taktik gerilya dan efisiensi peperangan. Perbedaan ini menyebabkan munculnya fraksi-fraksi yang saling bersaing untuk mendapatkan pengaruh dan mengarahkan strategi perlawanan.

Halaman Selanjutnya
img_title