Politik dan Sofisme: Ketika Kebenaran Dapat Dibelokkan Demi Kekuasaan

Sofisme dalam Politik Kontemporer
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Retorika Populis: Teknik yang Mengakar dari Sofisme

Plato: “Orang bodoh berbicara karena harus bicara; orang bijak berbicara karena ada sesuatu untuk dikatakan.”

Politisi modern sering menggunakan retorika yang sangat mirip dengan teknik-teknik yang diajarkan oleh kaum sofis. Berikut adalah beberapa elemen kunci yang diadaptasi:

1.     Bahasa Sederhana dan Emosional
Dalam kampanye politik, pemimpin menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Slogan-slogan seperti "Make America Great Again" yang digunakan oleh Donald Trump atau "Sabka Saath, Sabka Vikas" dari Narendra Modi adalah contoh retorika emosional yang dirancang untuk menggugah perasaan dan membentuk narasi dukungan.

Dampak Besar Tanpa Megawati: Kerugian Komersial dan Penurunan Interaksi Digital di KOVO dan Red Sparks

2.     Penyederhanaan Isu Kompleks
Teknik sofis yang mengubah masalah kompleks menjadi narasi yang sederhana dan mudah dicerna sangat efektif dalam politik modern. Pemimpin populis sering kali menyederhanakan masalah-masalah seperti ekonomi, imigrasi, dan keamanan, sehingga pesan mereka lebih mudah diterima oleh pemilih. Menurut Pew Research Center (2023), 65% pemilih di beberapa negara besar mengaku mendapatkan informasi politik terutama melalui media digital yang menyajikan isu secara sederhana.

3.     Pembentukan Identitas “Kami vs. Mereka”
Salah satu strategi retoris yang diadopsi dari sofisme adalah penciptaan narasi dualistik yang membagi masyarakat menjadi "rakyat" dan "elit" atau antara kelompok yang mendukung dan menentang suatu agenda. Teknik ini telah digunakan untuk menggalang dukungan dengan menimbulkan rasa kebersamaan di antara kelompok yang merasa terpinggirkan.

Berbicaralah agar Aku Bisa Melihat Siapa Dirimu: Menyelami Makna Filosofis dari Kutipan Socrates

4.     Penggunaan Media Sosial untuk Menyebarkan Pesan
Di era digital, media sosial telah menjadi platform utama untuk menyebarkan retorika populis. Algoritma yang mendukung konten emosional membuat pesan-pesan yang disederhanakan dan provokatif cepat menyebar, menciptakan fenomena filter bubble dan echo chamber yang dapat memperkuat narasi populis.

Contoh Kasus: Pengaruh Sofisme dalam Politik Kontemporer

Halaman Selanjutnya
img_title