John Rawls vs. Sofisme Kontemporer: Apakah Keadilan Masih Bisa Dipertahankan?
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA - Dalam dunia yang semakin memperumit konsep demokrasi dan keadilan sosial, filsafat politik John Rawls masih dianggap sebagai landasan penting dalam memahami dan mempraktekkan keadilan. Namun, apakah teori Rawls mampu bertahan melawan gelombang sofisme yang semakin mendominasi diskursus publik di era digital? Artikel ini akan menjelajahi pertarungan ide ini, mencari tahu apakah keadilan "justice as fairness" Rawls masih relevan dan dapat dipertahankan di tengah tantangan dari sofisme kontemporer.
Rawls dan Konsep Keadilan
John Rawls, dalam bukunya "A Theory of Justice," mengusulkan bahwa keadilan harus dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip yang disepakati di balik "veil of ignorance," atau tabir ketidaktahuan. Di sini, individu tidak tahu posisi sosial, ekonomi, atau rasial mereka, yang membuat mereka merumuskan prinsip-prinsip keadilan yang benar-benar adil. Rawls menekankan dua prinsip utama: kesetaraan dalam hak dan kebebasan dasar untuk semua, dan prinsip perbedaan yang membolehkan ketidaksetaraan hanya jika itu memberikan manfaat bagi yang paling tidak beruntung.
Sofisme Kontemporer: Tantangan terhadap Keadilan
Sofisme, dalam konteks ini, mengacu pada argumen yang tampak benar namun sebenarnya salah atau menyesatkan. Di era informasi, sofisme bisa ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti penyebaran berita palsu, manipulasi data, atau retorika politik yang memanfaatkan emosi tanpa basis fakta yang kuat. Sofisme ini bisa mengaburkan pemahaman publik tentang keadilan, membuat orang sulit membedakan antara kebijakan yang benar-benar adil dan yang hanya menyamar sebagai keadilan.
Apakah Rawls Masih Relevan?
Meskipun sofisme modern merupakan tantangan besar, prinsip-prinsip Rawls tetap relevan dalam beberapa cara. Pertama, teori Rawls menyediakan kerangka untuk mengevaluasi kebijakan dan sistem sosial berdasarkan keadilan. Ini memungkinkan kita untuk menguji narasi-narasi kontemporer terhadap standar keadilan yang jelas dan tidak memihak. Kedua, Rawls menekankan pentingnya partisipasi publik yang terinformasi, yang mendorong masyarakat untuk lebih kritis terhadap informasi yang mereka konsumsi, sebuah kebutuhan mendesak di zaman pasca-kebenaran.