John Rawls vs. Sofisme Kontemporer: Apakah Keadilan Masih Bisa Dipertahankan?
- Image Creator Grok/Handoko
Mengatasi Sofisme dengan Pendekatan Rawlsian
Untuk menghadapi sofisme, pendekatan Rawlsian meminta kita untuk kembali ke dasar-dasar keadilan. Ini berarti mempromosikan:
- Literasi Media: Mengajarkan masyarakat untuk membedakan antara informasi yang benar dan yang menyesatkan.
- Pendidikan Politik: Memastikan bahwa semua individu memiliki pemahaman dasar tentang bagaimana sistem demokrasi dan keadilan bekerja, sehingga mereka dapat menilai kebijakan dan argumen dengan lebih baik.
- Dialog dan Debat yang Berbasis Faktual: Menekankan pentingnya dialog yang didasarkan pada fakta dan bukti, bukan hanya emosi atau manipulasi.
Tantangan Implementasi
Namun, menerapkan teori Rawls di dunia nyata tidaklah mudah. Sofisme sering kali dilayani oleh algoritma platform digital yang mengutamakan konten yang menarik perhatian, bukan yang mendidik atau informatif. Selain itu, ada tantangan dalam memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang sama ke pendidikan dan informasi yang berkualitas, yang merupakan prasyarat untuk partisipasi publik yang adil.
Dengan semua kecanggihan teknologi dan kompleksitas sosial-politik modern, pertanyaan apakah keadilan menurut Rawls masih bisa dipertahankan menjadi relevan. Jawabannya adalah: bisa, namun dengan kondisi. Masyarakat harus terus berusaha untuk meningkatkan literasi, mempromosikan diskusi berdasarkan fakta, dan memastikan bahwa sistem sosial kita dirancang untuk mendukung keadilan yang sebenarnya, bukan hanya keadilan yang diklaim.
Rawls mungkin tidak memberikan solusi langsung untuk setiap bentuk sofisme yang kita hadapi hari ini, tetapi kerangka teorinya memberikan alat untuk kita mempertanyakan dan reformasi sistem sosial kita secara berkelanjutan. Dalam perjalanan ini, keadilan tidak hanya harus dipertahankan tetapi juga diadaptasi untuk menghadapi tantangan baru dari sofisme kontemporer.