Pemikiran Politik Aristoteles dan Pengaruhnya pada Demokrasi Modern

Aristoteles di Tengah Murid-muridnya (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Jakarta, WISATA — Ketika dunia menghadapi krisis kepercayaan terhadap sistem demokrasi, meningkatnya otoritarianisme, dan polarisasi politik yang tajam, pemikiran seorang filsuf Yunani kuno justru kembali menjadi relevan. Aristoteles, filsuf besar yang hidup lebih dari 2.300 tahun lalu, telah merumuskan prinsip-prinsip dasar tentang politik, kekuasaan, dan bentuk pemerintahan yang hingga kini menjadi fondasi sistem demokrasi modern.

Bagaimana Aristoteles Mempengaruhi Ilmu Politik Modern? Pemikiran Abadi yang Tetap Relevan

Melalui karya monumentalnya Politika, Aristoteles tidak hanya menganalisis bentuk-bentuk pemerintahan, tetapi juga menawarkan kerangka berpikir normatif dan praktis tentang bagaimana negara seharusnya dikelola untuk mencapai kebaikan bersama.

Politik Menurut Aristoteles: Sebuah Seni untuk Mewujudkan Kebaikan

Biografi Lengkap Aristoteles: Guru Besar Alexander Agung yang Mengubah Dunia

Berbeda dengan pandangan sinis terhadap politik yang sering kita temui hari ini, Aristoteles justru memandang politik sebagai seni paling mulia. Ia percaya bahwa manusia adalah “zoon politikon” – makhluk politik – yang hanya akan mencapai kehidupan terbaiknya melalui kehidupan bersama dalam suatu negara (polis).

Menurut Aristoteles, tujuan utama dari politik adalah mencapai eudaimonia, yakni kehidupan yang bahagia dan bermakna, bukan hanya bagi individu, tetapi juga seluruh komunitas. Oleh karena itu, politik bukan sekadar soal kekuasaan, tetapi soal menyusun tatanan sosial yang adil dan seimbang.

Mengapa Pemikiran Aristoteles Masih Relevan di Abad ke-21?

Tiga Bentuk Pemerintahan Ideal dan Tiraninya

Dalam Politika, Aristoteles membagi bentuk pemerintahan menjadi tiga versi ideal dan tiga bentuk penyimpangannya (tirani):

Halaman Selanjutnya
img_title