Strategi Kebijakan Energi Panas Bumi Indonesia: Menyongsong Transisi Energi Berkelanjutan
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Indonesia tengah berada di persimpangan penting dalam transisi energi global. Sebagai negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin dalam pemanfaatan energi terbarukan yang berkelanjutan. Namun, hingga saat ini, pemanfaatan energi panas bumi masih jauh dari optimal. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, strategi kebijakan yang tepat menjadi kunci utama dalam memastikan energi panas bumi dapat berkontribusi secara signifikan terhadap ketahanan energi nasional dan target net zero emission pada tahun 2060.
Potensi Panas Bumi Indonesia dan Tantangan Pemanfaatannya
Indonesia memiliki cadangan panas bumi mencapai sekitar 29,4 gigawatt (GW), yang merupakan sekitar 40% dari total potensi panas bumi dunia. Sebagai bagian dari Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki lebih dari 300 titik sumber panas bumi yang tersebar di berbagai daerah, terutama di Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Namun, hingga tahun 2022, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Indonesia baru mencapai sekitar 2,175 GW, atau hanya sekitar 7,4% dari total potensi yang tersedia.
Beberapa tantangan utama yang menyebabkan lambatnya pengembangan energi panas bumi di Indonesia antara lain:
1. Tingginya Biaya Investasi Awal – Eksplorasi dan pengeboran panas bumi memerlukan investasi besar dengan risiko yang cukup tinggi. Dibandingkan dengan energi surya atau angin, biaya eksplorasi panas bumi jauh lebih mahal karena harus melalui proses survei geologi dan pengeboran eksplorasi sebelum bisa dikembangkan lebih lanjut.
2. Hambatan Regulasi dan Perizinan – Panas bumi sering kali berada di kawasan konservasi atau hutan lindung, yang membuat proses perizinan menjadi lebih kompleks. Selain itu, regulasi yang belum sepenuhnya terintegrasi sering menjadi kendala bagi investor.
3. Kurangnya Insentif dan Skema Pendanaan – Dibandingkan dengan sektor energi lainnya, investasi di panas bumi masih kurang didukung oleh skema pendanaan yang menarik bagi investor, baik dari dalam maupun luar negeri.