Menilai Rencana Holding UMKM: Yoyok Pitoyo Sebut Ada Tantangan Besar di Balik Ambisi Kementerian UKM

Yoyok Pitoyo Ketua Umum Kopitu
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Jakarta, WISATA - Indonesia tengah menyongsong era baru dengan rencana besar Menteri UMKM, Maman Abdurrahman, untuk membentuk holding UMKM, yang juga mencakup sektor kendaraan listrik. Tujuannya jelas: meningkatkan daya saing dan memberdayakan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar lebih siap menghadapi tantangan global. Namun, meskipun ide tersebut tampak menjanjikan, sejumlah tantangan besar menanti, baik dari sisi implementasi maupun regulasi.

Produk Anyaman Kota Kediri: Sumber Penghasilan Pengrajin, Simbol Kebanggaan Daerah

Tantangan Besar dalam Koordinasi dan Konsolidasi UMKM

Pembentukan holding UMKM dengan jumlah anggota yang mencapai 2.000 hingga 3.000 usaha tentu bukan pekerjaan mudah. Setiap UMKM memiliki karakteristik, skala, dan sektor yang sangat beragam. Oleh karena itu, membentuk struktur manajemen yang efektif dan sistematis untuk mengelola holding ini akan menjadi tantangan besar. Salah satu masalah yang dihadapi adalah fakta bahwa banyak UMKM di Indonesia yang masih beroperasi secara informal dan belum memiliki pengelolaan keuangan yang memadai.

Indonesia Drone Expo: Ajang Prestisius untuk Teknologi Masa Depan, Siap Go Global

Menurut Yoyok Pitoyo, Ketua Umum Komite Pengusaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia Bersatu (KOPITU), proses integrasi UMKM ke dalam holding tersebut harus dilakukan dengan hati-hati. Jika tidak, hal ini justru bisa menambah lapisan birokrasi yang akan memperlambat kemajuan UMKM, alih-alih memberdayakannya.

Ketergantungan pada Impor Suku Cadang Kendaraan Listrik: Tantangan yang Tak Bisa Diabaikan

Inilah Ilustrasi Kenaikan PPN 11% Menjadi 12% oleh Sri Mulyani, yang Akan Berlaku Awal 2025

Salah satu tujuan utama pembentukan holding ini adalah mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor bahan baku dan suku cadang kendaraan listrik. Meski demikian, langkah ini membutuhkan investasi yang sangat besar, baik untuk pembangunan industri hulu seperti pembuatan baterai, motor listrik, maupun infrastruktur penunjang lainnya. Indonesia juga belum memiliki kapasitas yang cukup dalam hal manufaktur kendaraan listrik yang sepenuhnya mandiri.

Penting untuk dicatat bahwa kendaraan listrik bukan hanya soal teknologi, tetapi juga menyangkut banyak aspek ekonomi, seperti ketersediaan sumber daya manusia terampil dan infrastruktur yang mendukung. Jika tidak dipersiapkan dengan matang, holding UMKM yang mencakup sektor ini bisa saja menemui jalan buntu.

Halaman Selanjutnya
img_title