Menguak Identitas dan Agenda Tersembunyi, Siapa Dalang di Balik Serangan Hacker Global?

Hacker (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Serangan siber global kini menjadi momok yang menakutkan di era digital. Tidak hanya organisasi besar, namun juga negara dan individu menjadi korban serangan hacker yang kian canggih. Dunia pun bertanya-tanya, siapa sebenarnya dalang di balik serangan hacker global ini? Apa agenda tersembunyi yang mereka usung, dan apa yang menjadi motivasi di balik tindakan kriminal tersebut?

Tentara Siber China, peretas China, serangan siber global, keamanan siber, spionase siber, Advanced

Meningkatnya Intensitas Serangan Siber

Dalam beberapa tahun terakhir, serangan siber meningkat secara signifikan. Data dari Cybersecurity Ventures memperkirakan bahwa pada tahun 2021, kerugian akibat kejahatan siber mencapai $6 triliun secara global. Angka ini diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya ketergantungan dunia pada teknologi digital.

Tentara Siber China: Bagaimana Peretas Meredefinisi Ancaman Keamanan Global

Tidak hanya itu, laporan dari Kaspersky Lab menyebutkan bahwa pada tahun 2023, lebih dari 1,5 miliar upaya serangan siber terdeteksi di seluruh dunia. Serangan-serangan ini tidak hanya menargetkan perusahaan teknologi, tetapi juga sektor keuangan, kesehatan, pendidikan, dan pemerintahan.

Mengungkap Identitas Pelaku: Individu, Kelompok, atau Negara?

Akun Fufufafa Terungkap: Rahasia Kelam di Balik Ancaman Siber dan Cara Melindungi Data Pribadi

Salah satu pertanyaan terbesar yang selalu muncul setiap kali terjadi serangan siber besar adalah, "Siapa pelakunya?" Identitas pelaku menjadi teka-teki yang sulit dipecahkan, terutama karena serangan siber sering dilakukan secara anonim dan melalui jaringan yang sulit dilacak.

Beberapa serangan besar di masa lalu telah diidentifikasi sebagai ulah kelompok hacker terkenal seperti Anonymous, Lizard Squad, atau APT28. Namun, dalam banyak kasus, pelaku sebenarnya tetap misterius. Dalam beberapa kasus, serangan-serangan ini diduga didukung oleh negara tertentu, seperti yang terjadi dalam insiden NotPetya pada tahun 2017 yang diduga kuat melibatkan aktor-aktor negara.

Menurut laporan dari FireEye, sebuah perusahaan keamanan siber, setidaknya 31% serangan siber global dalam beberapa tahun terakhir diyakini didukung oleh negara. Negara-negara seperti Rusia, China, Korea Utara, dan Iran sering disebut-sebut terlibat dalam serangan siber yang menargetkan infrastruktur kritis negara lain.

Motif di Balik Serangan: Dari Ekonomi Hingga Ideologi

Motivasi di balik serangan siber sangat bervariasi. Dalam banyak kasus, motif ekonomi menjadi faktor utama. Serangan ransomware, misalnya, dilakukan dengan tujuan mendapatkan uang tebusan dari korban. Pada tahun 2021, total kerugian akibat serangan ransomware diperkirakan mencapai $20 miliar, menurut laporan dari Cybersecurity Ventures.

Namun, motif ekonomi bukan satu-satunya alasan di balik serangan siber. Beberapa serangan dilakukan dengan tujuan politik atau ideologis. Serangan Stuxnet pada tahun 2010, misalnya, diyakini merupakan operasi yang didukung negara dengan tujuan melemahkan program nuklir Iran. Begitu pula dengan serangan terhadap sistem pemilihan umum di berbagai negara yang diduga dilakukan untuk mempengaruhi hasil pemilu.

Selain itu, serangan siber juga sering digunakan sebagai alat spionase. Aktor-aktor negara sering kali menggunakan serangan siber untuk mencuri informasi rahasia dari negara lain. Dalam laporan tahunan dari CrowdStrike, disebutkan bahwa spionase siber telah meningkat pesat, terutama di sektor teknologi dan pertahanan.

Teknik dan Metode Serangan yang Semakin Canggih

Para pelaku serangan siber semakin canggih dalam menjalankan aksinya. Mereka menggunakan berbagai teknik yang sulit dilacak dan dideteksi. Salah satu metode yang paling sering digunakan adalah phishing, di mana hacker mengelabui korban untuk mengungkapkan informasi sensitif seperti kata sandi atau nomor kartu kredit.

Selain itu, teknik zero-day exploit juga sering digunakan oleh para hacker. Teknik ini memanfaatkan kerentanan dalam perangkat lunak yang belum diketahui oleh pengembang, sehingga serangan bisa dilakukan sebelum adanya patch atau perbaikan dari pihak yang berwenang.

Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) juga menjadi salah satu senjata andalan para hacker. Serangan ini dilakukan dengan cara membanjiri server atau jaringan dengan lalu lintas yang sangat besar, sehingga sistem tidak dapat menangani permintaan dan akhirnya jatuh. Pada tahun 2020, salah satu serangan DDoS terbesar dalam sejarah berhasil melumpuhkan beberapa situs web besar di seluruh dunia, menyebabkan kerugian yang tidak sedikit.

Dampak Serangan Terhadap Ekonomi dan Keamanan Global

Dampak dari serangan siber global sangatlah luas dan mendalam. Selain kerugian finansial yang besar, serangan siber juga dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan keamanan global. Sebagai contoh, serangan terhadap jaringan listrik atau infrastruktur kritis lainnya dapat menyebabkan gangguan besar dalam kehidupan sehari-hari, bahkan berpotensi menimbulkan bencana kemanusiaan.

Pada tahun 2023, serangan terhadap sistem perbankan di beberapa negara Eropa menyebabkan kebingungan dan ketakutan di kalangan masyarakat. Laporan dari Europol menyebutkan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh serangan tersebut mencapai lebih dari €3 miliar. Selain itu, serangan tersebut juga mengakibatkan penurunan kepercayaan publik terhadap sistem perbankan dan keamanan siber secara umum.

Langkah-Langkah Penanggulangan dan Pencegahan

Menghadapi ancaman serangan siber yang semakin kompleks, pemerintah dan organisasi di seluruh dunia terus berupaya meningkatkan pertahanan siber mereka. Banyak negara telah membentuk tim respons cepat untuk menghadapi serangan siber, serta mengembangkan strategi keamanan siber nasional.

Selain itu, kolaborasi internasional juga menjadi kunci dalam menghadapi serangan siber. Organisasi seperti INTERPOL dan Europol telah membentuk tim khusus untuk menangani kejahatan siber lintas negara. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan teknologi besar juga terus berinovasi dalam mengembangkan solusi keamanan yang lebih baik untuk melindungi data dan sistem dari ancaman siber.

Dengan semakin berkembangnya teknologi, tantangan di bidang keamanan siber akan terus meningkat. Serangan siber global akan semakin canggih dan sulit dideteksi, sementara identitas dan motivasi para pelaku mungkin tetap menjadi misteri. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman ini.

Hanya dengan upaya bersama dan pendekatan yang terintegrasi, kita dapat mengurangi risiko dan dampak dari serangan siber di masa depan. Dalam hal ini, peran pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat luas sangatlah penting untuk memastikan keamanan dan stabilitas di era digital ini.