Setelah Perayaan Kawalu, Wisatawan boleh Kunjungi Badui Dalam dengan Patuhi Aturan
- IG/infocitramajaraya
Lebak, WISATA – Setelah ritual perayaan Kawalu selama tiga bulan berakhir, wisatawan diharap kembali memadati kawasan pemukiman masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten. Menurut Djaro Saija, seorang Tetua Adat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Sekarang wisatawan sudah diperbolehkan mengunjungi Kampung Badui Dalam, yang tersebar di Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik. Hal ini disampaikan pada Minggu (5/5/2024).
Djaro Saija meminta para wisatawan yang mengunjungi permukiman Badui agar mematuhi peraturan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Serta juga tidak melakukan penebangan pohon serta tidak berenang di aliran sungai.
Selain itu juga para wisatawan yang mengunjungi pemukiman Badui agar memperhatikan kondisi kesehatan tubuh. Lantaran melintasi jalan setapak yang banyak terdapat perbukitan, pegunungan dan tebing curam.
Selanjutnya Djaro Saija juga menyampaikan bahwa para wisatawan yang datang ke pemukiman Badui Dalam bisa menikmati panorama alam yang masih asri dan hijau. Wisatawan juga bisa menikmati aneka ragam kicauan suara burung disertai angin, sehingga memberikan nuansa yang indah dan bisa menghilangkan stress.
Menurutnya kunjungan wisatawan dapat membawa dampak positif pendapatan ekonomi masyarakat Badui Dalam dan Badui Luar. Sebab wisatawan domestik dari berbagai daerah bisa membeli aneka produk kerajinan masyarakat Badui, seperti kain tradisional,tas koja, baju kampret, lomar, souvernir, batik Badui dan lainnya. Banyaknya kunjungan wisatawan ke Badui Dalam juga dapat menggulirkan ekonomi masyarakat setempat.
Perlu diketahui, Suku Badui Dalam adalah salah satu kelompok etnis asli Sunda yang mendiami wilayah Banten, khususnya Kabupaten Lebak.
Istilah Badui (Baduy) berasal dari kata "baduyut" dalam bahasa Badui. Ini adalah istilah asli dalam bahasa Sunda yang merujuk pada tanaman merambat endemik di Jawa Barat (Trichosanthes villosa), yang digunakan sebagai obat herbal sejak zaman kuno. Ada juga teori yang menyatakan bahwa kata badui awalnya adalah exonym yang digunakan oleh orang luar untuk merujuk pada kelompok suku ini, karena Belanda mengaitkannya dengan suku Bedouin Arab.