Menyusuri Kearifan Lokal Kampung Naga yang Jumlah Rumahnya Tidak Pernah Bertambah

Kampung Naga
Sumber :
  • IG/pingpointid

Tasikmalaya, WISATA – Terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Kampung Naga menyimpan pesona budaya Sunda yang masih lestari hingga hari ini. Nama “Kampung Naga” berasal dari kata Nagawir, yang dalam bahasa Sunda berarti “lembah terjal”. Penamaan ini sesuai dengan letaknya yang berada di cekungan lembah yang diapit oleh perbukitan dan menghadap ke Sungai Ciwulan — aliran air suci bagi masyarakat setempat.

Ilmu atau Iman? "Madilog vs Kepercayaan Tradisional": Benarkah Harus Selalu Bertentangan?

Untuk mencapai pemukiman ini, pengunjung harus menapaki sekitar 439 anak tangga menurun. Jalan setapak yang membelah perbukitan menjadi gerbang menuju sebuah dunia yang seolah terputus dari hiruk-pikuk modernitas. Meski terisolasi, Kampung Naga tidak sepenuhnya menolak perkembangan zaman. Warga bersikap selektif terhadap hal-hal modern selama tidak melanggar peraturan adat yang diwariskan turun-temurun.

Salah satu daya tarik utama Kampung Naga adalah arsitektur dan tata ruang pemukimannya. Dikutip dari National Geographic Indonesia, jumlah bangunan di kampung ini tak pernah berubah: 113 unit yang terdiri dari 110 rumah penduduk, satu masjid, satu balai pertemuan, dan satu Bale Ageung—rumah adat untuk menyimpan pusaka leluhur. Penambahan atau pengurangan bangunan dianggap pelanggaran serius terhadap adat.

Liburan Sambil Jaga Alam dan Budaya? Ini 5 Tempat Asyik di Indonesia!

Kehidupan masyarakat Kampung Naga berlandaskan tiga prinsip utama: wasiat, amanat, dan akibat. Prinsip ini menuntun segala aspek kehidupan mereka, mulai dari tata cara bertani, menjaga kesehatan, hingga bersosialisasi. Mereka hidup harmonis dengan alam, memegang teguh konsep resiliensi budaya yang diwariskan dari nenek moyang.

Intervensi luar yang dianggap berpotensi merusak kelestarian adat akan ditolak dengan tegas. Keteguhan mereka menjaga nilai tradisi telah menjadikan Kampung Naga bukan sekadar destinasi wisata budaya, melainkan juga simbol perlawanan terhadap globalisasi yang mengikis identitas lokal.

Wellness Etnaprana Tourism, Bisa Menikmati Apa Saja? Berikut Penjelasannya

 

Sumber: National Geographic Indonesia