Tren Wisata Baru untuk Gen Z: JOMO, Forest Bathing, dan Stoikisme dalam Mencari Kedamaian di Era Modern

Silent Walking dan Forest Bathing
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Di tengah kehidupan digital yang serba cepat, terutama bagi generasi muda seperti Gen Z, muncul tren baru yang menyajikan alternatif untuk melarikan diri dari tekanan kehidupan modern. Tren ini menggabungkan konsep JOMO (Joy of Missing Out), Forest Bathing, dan gaya hidup Stoikisme sebagai bentuk pelarian dari kebisingan dunia maya dan rutinitas yang memusingkan. Generasi yang lebih muda ini, yang dikenal sebagai "digital natives", sering kali merasakan kecemasan, stres, dan ketegangan yang datang dengan peran mereka di dunia online. Akibatnya, banyak dari mereka yang mencari cara untuk kembali terhubung dengan diri mereka sendiri dan alam melalui konsep-konsep ini. Artikel ini akan membahas bagaimana tren wisata JOMO dan Forest Bathing serta penerapan Stoikisme menjadi pelarian yang tepat bagi Gen Z dalam menghadapi dunia yang semakin terhubung dan serba cepat.

Tim Ferriss: "Comfort is the enemy of progress."

Fenomena JOMO: Mengapa Gen Z Meninggalkan Dunia Digital?

Sebagai respons terhadap FOMO (Fear of Missing Out), yang memunculkan perasaan cemas jika tidak mengikuti tren atau terlewat dari berita atau sosial media, konsep JOMO muncul. JOMO, yang dapat diterjemahkan sebagai Joy of Missing Out atau kebahagiaan dalam tidak mengikuti arus, menjadi sebuah bentuk pemberontakan terhadap kecemasan sosial yang mengikat kehidupan digital. Berbeda dengan FOMO yang berfokus pada kekhawatiran akan ketinggalan, JOMO mengajak para pengikutnya untuk menikmati kebahagiaan dalam kesendirian atau dengan memilih untuk tidak terlibat dalam aktivitas digital yang berlebihan.

Mark Manson dan Revolusi Self-Help: Mengapa Buku-Bukunya Begitu Digemari?

Bagi Gen Z, yang tumbuh besar di dunia media sosial, tekanan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya menjadi beban yang berat. Penelitian menunjukkan bahwa hampir 50% dari pengguna media sosial muda melaporkan perasaan cemas dan tidak puas terhadap kehidupan mereka ketika melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih sempurna di platform seperti Instagram dan TikTok. Oleh karena itu, JOMO memberikan jalan keluar dari lingkaran kecemasan ini dengan mengajak orang untuk menikmati kebahagiaan dengan cara yang lebih alami dan sederhana, seperti menghabiskan waktu di alam atau meluangkan waktu untuk diri sendiri tanpa gangguan media sosial.

Forest Bathing: Mandi Hutan untuk Menyembuhkan Jiwa yang Lelah

Mengapa Penderita Demensia Sering Merasa Hidup Sendiri? Ini Penjelasan Ilmiah dan Cara Mengatasinya

Forest Bathing, atau Shinrin Yoku, adalah konsep yang berasal dari Jepang dan semakin populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Praktik ini melibatkan berlama-lama di hutan dan menyerap manfaat yang ditawarkan oleh alam melalui perasaan, indera, dan kesadaran penuh terhadap lingkungan sekitar. Forest Bathing tidak hanya berfokus pada berjalan atau berada di alam, tetapi lebih pada mengapresiasi dan merasakan setiap elemen alam—dari udara segar yang penuh oksigen, aroma tanah, hingga suara angin yang berdesir melalui daun-daun pohon.

Bagi Gen Z yang hidup dalam era ketergantungan pada teknologi, Forest Bathing menjadi sebuah cara untuk "reset" pikiran dan tubuh. Banyak penelitian yang mendukung manfaat kesehatan dari Forest Bathing. Sebuah studi dari Journal of Environmental Psychology menemukan bahwa berinteraksi dengan alam dapat mengurangi stres hingga 16% dan meningkatkan perasaan bahagia secara signifikan. Aktivitas ini membantu mengurangi kadar hormon stres, memperbaiki kualitas tidur, dan bahkan meningkatkan daya ingat serta kreativitas. Dengan manfaat kesehatan yang nyata, Forest Bathing memberikan solusi yang bermanfaat bagi mereka yang merasa terjebak dalam kesibukan digital yang membuat tubuh dan pikiran lelah.

Halaman Selanjutnya
img_title