Mahasiswa Ungkap Rahasia Gulungan Milik Mertua Julius Caesar yang Hangus karena Letusan Vesuvius
- Instagram/magnificent_history
Malang, WISATA – Seorang mahasiswa ilmu komputer berusia 21 tahun, Luke Farritor dari Universitas Nebraska-Lincoln, muncul sebagai pemenang dalam Tantangan Vesuvius, mengungkap misteri gulungan kuno Herculaneum.
Gulungan-gulungan ini, yang terbakar selama letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M, telah lama luput dari perhatian para sarjana karena kerapuhannya, namun kemajuan terbaru dalam kecerdasan buatan (AI) mengungkap gulungan-gulungan tersebut.
Gulungan Herculaneum, yang ditemukan pada tahun 1700-an di sebuah vila besar yang diyakini milik ayah mertua Julius Caesar, telah menjadi sebuah teka-teki yang menggiurkan. Gulungan yang secara tradisional terlalu rumit untuk dibuka, telah menghadirkan tantangan unik bagi para peneliti yang ingin menguraikan teks-teks kuno yang hilang.
Namun, Tantangan Vesuvius, yang didukung oleh pendanaan Silicon Valley dan dipimpin oleh Brent Seales, telah dipecahkan seorang ilmuwan komputer dari Universitas Kentucky, yang merevolusi pemahaman kita tentang artefak sejarah yang unik ini.
Terobosan terjadi ketika Farritor berhasil menguraikan kata pertama dari gulungan tersebut, sebuah pencapaian monumental dalam upaya mengungkap rahasia perpustakaan kuno yang utuh ini. Kata “porphyras”, istilah Yunani kuno untuk “ungu”, diidentifikasi menggunakan algoritma pembelajaran mesin yang dikembangkan oleh Farritor. Penemuan ini tidak hanya memberinya hadiah sebesar $40.000 tetapi juga membuka pintu untuk memecahkan kode 800 gulungan yang tersisa.
Tantangan Vesuvius, yang diluncurkan awal tahun ini, mengundang peserta untuk menggunakan AI dan pembelajaran mesin untuk mengungkap gulungan tersebut tanpa menyentuhnya secara fisik. Penggunaan gambar sinar-X 3D, yang disediakan oleh Seales dan timnya, memungkinkan para kontestan untuk menjalani tugas menantang dalam menguraikan teks yang tetap tidak dapat dibaca selama lebih dari dua milenium.
Terobosan ini dibangun berdasarkan keberhasilan Seales sebelumnya dalam menggunakan CT scan untuk membuka dan membaca gulungan kuno, seperti Gulungan En-Gedi pada tahun 2016. Tantangan unik yang ditimbulkan oleh gulungan Herculaneum, dengan kondisi karbonisasi dan tinta arangnya, memerlukan pendekatan kreatif. Vesuvius Challenge yang digerakkan oleh AI memanfaatkan kekuatan kolektif lebih dari 1.500 tim peneliti, mendorong kolaborasi dan inovasi.
Algoritme Farritor berfokus pada tekstur permukaan halus, yang dikenal sebagai 'crackle', yang diidentifikasi dalam pemindaian oleh kontestan lain, Casey Handmer. Pola kresek merupakan indikasi tinta, sehingga Farritor melatih model pembelajaran mesinnya untuk mengenali dan menguraikan huruf. Hasilnya adalah terungkapnya kata “porphyras” dan lompatan maju yang signifikan dalam proses pengartiannya.
Penemuan ini bukan hanya merupakan kemenangan bagi Farritor tetapi juga bagi ilmu pengetahuan klasik. Federica Nicolardi, ahli papyrologi di Universitas Naples Federico II, menyatakan kegembiraannya tentang dampak potensial terhadap pemahaman kita tentang dunia kuno. Dia menekankan bahwa teks-teks yang diawetkan dari Perpustakaan Herculaneum sama sekali tidak diketahui dari sumber lain, sehingga menawarkan kemungkinan untuk memperluas prinsip-prinsip kuno.
Seales, yang merenungkan upaya kolaboratif tersebut, menyatakan, “Tantangan Vesuvius memungkinkan kami merekrut lebih dari seribu tim peneliti untuk mengerjakan suatu masalah yang biasanya melibatkan lima orang yang mengerjakannya.” Tantangan yang sedang berlangsung ini memberikan hadiah utama sebesar $700.000 untuk mengidentifikasi empat bagian terpisah yang terdiri dari setidaknya 140 karakter, sehingga memotivasi para peneliti di seluruh dunia untuk berkontribusi pada upaya inovatif ini.
Seales membayangkan bahwa pembelajaran mesin dapat membuka “perpustakaan tak terlihat”, termasuk teks dalam penjilidan buku abad pertengahan, manuskrip dan kotak mumi Mesir kuno. Farritor, yang telah menjalankan modelnya di bagian lain dari gulungan itu, mengantisipasi pengungkapan lebih banyak karakter dalam upaya menguraikan perpustakaan kuno