DNA Kuno Ungkap Penampilan dan Kondisi Kesehatan Kaisar Tiongkok Abad ke-6

Rekonstruksi Wajah Kaisar Wu
Sumber :
  • archaeologymag/Pianpian Wei

Malang, WISATA – Analisis DNA telah dikenal dapat melacak detail kondisi seseorang di masa lalu. Ini dilakukan pula terhadap Kaisar Wu dari Tiongkok kuno. 

'Bunker Horor' Perang Dunia II dari Unit 731 yang Terkenal Ditemukan di Tiongkok

Dengan analisis DNA pula peneliti dapat melakukan rekonstruksi wajah, ciri fisik dan kesehatannya. 

Sebuah tim peneliti telah merekonstruksi wajah Kaisar Wu, seorang tokoh terkemuka dinasti Zhou Utara di Tiongkok kuno, yang hidup sekitar 1.500 tahun yang lalu.

Pola Impor Indonesia: Dominasi Produk Non-Migas dari Tiongkok dan Perkembangan Positif Negara Lain

Dilansir dari archaeologymag.com, Kaisar Wu, yang memerintah dari tahun 560 hingga 578 M, memainkan peran penting dalam sejarah Tiongkok dengan menyatukan bagian utara Tiongkok kuno dan membangun kehadiran militer yang kuat. Pemerintahannya menandai periode penuh gejolak pergantian dinasti dan ketidakstabilan politik di Tiongkok.

Melalui analisis cermat terhadap DNA kuno yang diambil dari jenazahnya, para peneliti telah merekonstruksi wajah sosok misterius ini. Penelitian yang dipimpin oleh para peneliti dari Universitas Fudan di Shanghai ini menawarkan pandangan menarik tentang penampilan fisik dan kesehatan Kaisar Wu. Dengan menganalisis materi genetik yang diperoleh dari tengkoraknya yang hampir lengkap, tim peneliti dapat mengetahui detail fitur wajah, warna kulit dan kerentanan terhadap kondisi kesehatan tertentu. 

Eksplorasi Ekspor Industri Non-Migas: Pergerakan Utama di Pasar Internasional pada Juni 2024

Bertentangan dengan beberapa catatan ilmiah yang menggambarkan orang-orang Xianbei, kelompok etnis Kaisar Wu, memiliki ciri-ciri 'eksotis' seperti janggut tebal dan batang hidung mancung, analisis genetik mengungkapkan bahwa ia memiliki ciri-ciri wajah khas Asia Timur atau Timur Laut. Dengan mata coklat, rambut hitam dan warna kulit gelap hingga sedang, penampilan Kaisar Wu sangat mirip dengan orang Asia Utara dan Timur masa kini. 

Selain itu, penelitian ini menyoroti kematian kaisar yang terlalu dini pada usia 36 tahun. Meskipun catatan sejarah memperkirakan berbagai penyebab kematian, termasuk penyakit atau keracunan, analisis genetik menunjukkan adanya kerentanan genetik terhadap stroke. Temuan ini sejalan dengan deskripsi sejarah Kaisar Wu yang menunjukkan gejala seperti afasia, kelopak mata terkulai, dan gaya berjalan tidak normal, yang merupakan indikator umum dari stroke. 

Penelitian ini juga menyoroti pembauran masyarakat Xianbei dengan populasi etnis Han Tiongkok saat mereka bermigrasi ke selatan menuju Tiongkok utara. Shaoqing Wen, salah satu penulis penelitian ini, menekankan pentingnya penelitian ini dalam memahami pola migrasi kuno dan integrasi budaya. Dia berkomentar, “Ini adalah informasi penting untuk memahami bagaimana manusia purba menyebar di Eurasia dan bagaimana mereka berintegrasi dengan masyarakat lokal.” 

Selain itu, penelitian ini menunjukkan kemajuan luar biasa dalam teknologi DNA, yang memungkinkan para peneliti memberikan kehidupan baru kepada tokoh-tokoh sejarah yang telah lama meninggal. Tim peneliti berencana memperluas analisis genetik mereka ke penduduk Chang’an kuno, sebuah kota penting di barat laut Tiongkok. Dengan mengungkap warisan genetik kota metropolitan kuno ini, mereka berharap dapat mengungkap misteri lebih lanjut seputar pola migrasi dan pertukaran budaya di Tiongkok kuno