Inilah Para Filsuf yang Memberikan Kritik terhadap "Nikomakhos Etika" Aristoteles

Para Filsuf Yunani dan Romawi Kuno
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Aristoteles merupakan salah satu filsuf terbesar dari zaman Yunani kuno yang karyanya, "Nikomakhos Etika," telah menjadi landasan penting dalam filsafat moral. Namun, sepanjang sejarah, sejumlah filsuf terkemuka telah memberikan kritik terhadap konsep-konsep yang diajukan Aristoteles dalam karya ini. Artikel ini akan mengeksplorasi kritik dari para filsuf tersebut, menyoroti pandangan mereka, dan bagaimana mereka menantang pandangan Aristoteles.

Harry Kane Bela Gareth Southgate di Tengah Kritik atas Performa Timnas Inggris di Euro 2024

Friedrich Nietzsche: Kritik terhadap Konsep Kebajikan

Friedrich Nietzsche, filsuf Jerman abad ke-19, adalah salah satu pengkritik paling vokal terhadap konsep kebajikan Aristoteles. Nietzsche menganggap bahwa kebajikan yang diajukan oleh Aristoteles, seperti keberanian dan kedermawanan, terlalu idealis dan tidak selalu sesuai dengan realitas kehidupan. Menurut Nietzsche, moralitas tradisional yang dibangun atas dasar kebajikan ini seringkali mengekang individu dan menghalangi potensi kreatif mereka. Dia percaya bahwa kebajikan sejati harus muncul dari kekuatan dan kehendak individu, bukan dari norma-norma yang telah ditetapkan.

Konsepsi Keadilan dalam Perspektif Socrates, Plato, dan Aristoteles

Immanuel Kant: Kritik terhadap Konsep Golden Mean

Immanuel Kant, filsuf Jerman abad ke-18, memberikan kritik terhadap konsep Golden Mean atau Jalan Tengah yang diperkenalkan oleh Aristoteles. Aristoteles berpendapat bahwa kebajikan terletak di tengah-tengah antara dua ekstrem yang berlebihan dan kekurangan. Kant menolak pandangan ini dengan argumen bahwa moralitas harus didasarkan pada prinsip-prinsip universal yang tidak bergantung pada situasi atau keseimbangan tertentu. Menurut Kant, tindakan moral harus dilakukan berdasarkan kewajiban dan hukum moral yang berlaku secara mutlak, bukan melalui penyesuaian situasional.

Sempat Trending di Indonesia, Inilah Pengertian dan Sejarah Asian Value

Jean-Paul Sartre: Kritik terhadap Pandangan Teleologis

Jean-Paul Sartre, seorang filsuf eksistensialis abad ke-20, mengkritik pandangan teleologis Aristoteles, yang menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki tujuan akhir (telos). Sartre berpendapat bahwa kehidupan manusia tidak memiliki tujuan intrinsik yang tetap. Sebagai seorang eksistensialis, Sartre menekankan bahwa manusia bebas untuk menentukan makna dan tujuan hidup mereka sendiri, tanpa terikat oleh tujuan yang telah ditentukan sebelumnya oleh alam atau oleh norma-norma sosial.

Halaman Selanjutnya
img_title