Beginilah Cara Kekaisaran Ottoman Menyambut Bulan Ramadan

Suasana di Kekaisaran Ottoman (ilustrasi)
Sumber :
  • etnesmar

Malang, WISATA - Bulan Ramadan merupakan bulan suci bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk bagi Kekaisaran Ottoman yang dahulu begitu megah. Selama berabad-abad, Kekaisaran Ottoman memiliki tradisi yang kaya dalam menyambut dan menjalani bulan Ramadan dengan penuh khidmat. Mari kita lihat lebih dekat bagaimana Kekaisaran Ottoman memperlakukan bulan suci ini.

Suleiman yang Agung: Pemimpin Karismatik dalam Sejarah Ottoman

Tradisi Berpuasa

Seperti umat Islam lainnya, warga Kekaisaran Ottoman juga melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Puasa dijalankan mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan menahan diri dari makan, minum, dan perilaku yang tidak bermoral selama periode waktu tersebut. Puasa ini dianggap sebagai kewajiban agama yang sangat penting dan menjadi salah satu dari lima rukun Islam.

Kejayaan, Kehancuran dan Akhir Kekaisaran Ottoman

Kehidupan Sehari-hari di Bulan Ramadan

Selama bulan Ramadan, Kekaisaran Ottoman mengalami perubahan dalam ritme kehidupan sehari-hari. Warga Ottoman bangun lebih awal untuk sahur, makanan sebelum terbit fajar, yang dimaksudkan untuk memberi kekuatan selama berpuasa. Setelah itu, mereka melaksanakan shalat subuh sebelum menjalani aktivitas harian mereka.

TAIWAN: Suasana Ramadan di Taiwan, Tantangan Tak Mudah Bagi Para Pekerja Migran Indonesia

Di siang hari, suasana di kota-kota Ottoman tampak lebih tenang. Banyak toko dan pasar tutup selama siang hari, karena mayoritas warga sedang berpuasa. Seiring matahari mulai terbenam, suasana kembali hidup dengan persiapan untuk berbuka puasa, atau yang dikenal sebagai iftar. Banyak masjid dan yayasan memberikan makanan gratis kepada orang-orang yang berbuka puasa, menunjukkan semangat berbagi dan kepedulian sosial.

Kemeriahan Iftar dan Tarawih

Iftar adalah momen yang sangat dinanti-nantikan setiap harinya di bulan Ramadan. Di Kekaisaran Ottoman, iftar sering kali diadakan secara bersama-sama di masjid-masjid besar dan tempat-tempat umum lainnya. Orang-orang berkumpul untuk memecah berbuka puasa bersama-sama, biasanya dengan makanan yang lezat dan hidangan khas Ramadan.

Setelah iftar, umat Islam Ottoman melaksanakan shalat maghrib, diikuti oleh shalat isya dan tarawih. Tarawih adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah shalat isya selama bulan Ramadan. Di masa kejayaan Ottoman, tarawih sering kali dilakukan secara berjemaah di masjid-masjid besar, dengan imam membaca Al-Quran secara lengkap selama bulan tersebut.

Tradisi Khusus dan Perayaan

Selain ibadah rutin, Kekaisaran Ottoman juga memiliki tradisi khusus yang berhubungan dengan bulan Ramadan. Misalnya, pada malam 27 Ramadan, umat Islam memperingati malam Lailatul Qadr, malam yang dipercaya lebih baik dari seribu bulan. Di malam ini, umat Islam berdoa dan beribadah dengan lebih intens.

Selain itu, pada malam terakhir Ramadan, umat Islam merayakan malam takbiran untuk menyambut kedatangan Hari Raya Idul Fitri. Di Kekaisaran Ottoman, malam ini sering kali diisi dengan acara khusus, pertunjukan seni, dan kegiatan keagamaan lainnya.

Dengan berakhirnya bulan Ramadan, umat Islam Ottoman merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan penuh sukacita dan kebahagiaan. Kekaisaran Ottoman memiliki tradisi yang kaya dalam menyambut dan menjalani bulan suci ini, menunjukkan betapa pentingnya agama dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Meskipun zaman Kekaisaran Ottoman telah berakhir, tradisi-tradisi Ramadan yang diwariskan dari masa keemasannya masih hidup dan terus dijalankan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia. Semoga semangat Ramadan membawa kedamaian dan keberkahan bagi seluruh umat Islam di dunia.