“Tuhan tidak bermain dadu dengan alam semesta.” — Albert Einstein
- wikipedia
Jakarta, WISATA - Kutipan Albert Einstein yang paling banyak dikutip, disalahpahami, dan ditafsirkan beragam ini memiliki daya tarik tersendiri bagi siapa pun yang mencintai sains, filsafat, maupun spiritualitas. “Tuhan tidak bermain dadu dengan alam semesta” terdengar seperti pernyataan religius, padahal sesungguhnya itu adalah ekspresi kepercayaan Einstein terhadap keteraturan, hukum alam, dan ketidakacakan semesta.
Pernyataan tersebut ia ucapkan sebagai tanggapan terhadap perkembangan mekanika kuantum—sebuah bidang fisika yang, menurutnya, terlalu “acak” dan tidak mematuhi prinsip kepastian yang ia yakini menjadi dasar realitas.
Namun, maknanya jauh lebih dalam dari sekadar debat ilmiah. Kalimat ini membawa pesan besar: bahwa alam semesta ini bukan hasil kebetulan semata, melainkan tunduk pada keteraturan yang dapat dipahami, dicari, dan dipelajari oleh manusia.
Einstein, Ketuhanan, dan Alam Semesta yang Teratur
Albert Einstein tidak memeluk agama dalam pengertian konvensional. Ia tidak percaya pada Tuhan personal seperti dalam ajaran agama-agama monoteistik. Tapi ia percaya pada Tuhan Spinoza — yaitu Tuhan sebagai hukum alam semesta, yang tidak berkehendak secara pribadi, tapi menyusun dan mengatur segalanya dengan presisi matematis.
Ketika Einstein berkata, “Tuhan tidak bermain dadu,” ia sedang menegaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini tidaklah bersifat kebetulan, melainkan mengikuti struktur dan hukum tertentu. Ia percaya bahwa realitas bisa dijelaskan secara rasional dan ilmiah, bukan semata lewat probabilitas atau peluang acak sebagaimana dipahami oleh para pendukung mekanika kuantum seperti Niels Bohr.