Bagaimana Marcus Aurelius Melatih Pikiran agar Tetap Tenang?
- Cuplikan layar
Dalam dunia yang penuh kritik dan opini, Marcus melatih pikirannya untuk tidak terjebak dalam kebencian. Ia percaya bahwa kebaikan dan pengendalian diri adalah pelindung terbaik terhadap gangguan luar.
“When you wake up in the morning, tell yourself: the people I deal with today will be meddling, ungrateful, arrogant, dishonest, jealous, and surly.”
(Ketika bangun di pagi hari, katakan pada dirimu: orang-orang yang akan kutemui hari ini bisa jadi menyebalkan, tidak tahu terima kasih, sombong, tidak jujur, iri hati, dan kasar.)
Namun alih-alih marah atau menghindar, ia memilih menyambut semua itu dengan pemahaman dan kesabaran, karena tahu bahwa ia tidak bisa mengontrol perilaku orang lain—hanya reaksinya sendiri.
5. Menemukan Ketenangan dalam Tugas dan Tanggung Jawab
Marcus tidak pernah melarikan diri dari tugasnya sebagai Kaisar, sekalipun berat. Justru ia menemukan ketenangan dalam menjalani tanggung jawabnya dengan tulus dan sepenuh hati.
“Stop whatever you’re doing for a moment and ask yourself: Am I afraid of death because I won’t be able to do this anymore?”
(Berhentilah sejenak dari apa pun yang sedang kamu lakukan dan tanyakan: apakah aku takut mati karena tidak bisa melakukan hal ini lagi?)