Stoikisme Modern: Bagaimana Ryan Holiday Membuatnya Relevan Lagi di Era Media Sosial dan Krisis Mental
- Cuplikan Layar
Jakarta, WISATA — Pernah dianggap sebagai filsafat kuno yang hanya cocok untuk para pemikir zaman Romawi, Stoikisme kini kembali mencuri perhatian—bukan di ruang akademik, tapi di toko buku, podcast, hingga lini masa media sosial. Di balik kebangkitan itu, satu nama mencuat kuat: Ryan Holiday.
Penulis buku-buku best-seller seperti The Obstacle Is the Way, Ego Is the Enemy, dan Stillness Is the Key, Holiday berhasil mengangkat prinsip-prinsip Stoikisme ke permukaan dengan bahasa modern dan contoh nyata yang relevan bagi generasi saat ini yang dibombardir distraksi, tekanan sosial, dan krisis makna.
Mengapa Stoikisme Kembali Populer?
Holiday menyadari satu fakta penting: dunia kini lebih kompleks, cepat, dan penuh tekanan daripada sebelumnya. Namun justru karena itu, prinsip Stoik menjadi lebih penting. Fokus pada hal yang bisa dikendalikan, abaikan yang tidak bisa. Kendalikan emosi, bukan situasi. Ini adalah pedoman hidup yang sangat dibutuhkan dalam realitas modern yang tidak stabil.
“Stoikisme bukan filsafat untuk membebaskanmu dari kehidupan. Tapi untuk membuatmu tahan menjalani kehidupan,” tulis Holiday.
Membumikan Filosofi Kuno ke Hidup Modern
Stoikisme sering dianggap berat dan sulit dipahami. Tapi Holiday membuatnya ringan tanpa menghilangkan makna. Ia menulis dengan gaya naratif, menggunakan kisah nyata, studi kasus, bahkan budaya populer agar Stoikisme bisa dipahami siapa pun, dari atlet hingga pebisnis, dari pelajar hingga pemimpin dunia.