Mengapa Socrates Dipandang sebagai Guru Filsafat Dunia? Ini Alasannya!
- Image Creator/Handoko
Bagi Socrates, kebenaran tidak bisa diberikan begitu saja. Ia harus ditemukan melalui diskusi, refleksi, dan pemikiran mendalam. Lewat metode ini, Socrates bukan hanya mengajarkan isi pemikiran, tetapi cara berpikir itu sendiri. Inilah yang menjadikan dirinya bukan sekadar filsuf, tetapi guru sejati.
“Aku Tahu Bahwa Aku Tidak Tahu” – Landasan Kerendahan Hati Intelektual
Kalimat terkenal dari Socrates, “Aku tahu bahwa aku tidak tahu,” adalah pondasi dari seluruh pendekatannya dalam mencari kebenaran. Ia percaya bahwa kebijaksanaan sejati justru datang dari pengakuan atas keterbatasan diri.
Pernyataan ini mencerminkan dua hal: kerendahan hati dan semangat untuk terus belajar. Di tengah zaman modern yang penuh klaim absolut dan ego intelektual, semangat Socrates ini terasa semakin relevan. Ia mengajarkan bahwa seseorang yang benar-benar bijak tidak akan menganggap dirinya sudah tahu segalanya.
Menghidupkan Filsafat Sebagai Cara Hidup
Socrates tidak melihat filsafat sebagai sekadar teori atau pelajaran akademis. Baginya, filsafat adalah cara hidup. Ia berjalan di jalan-jalan Athena, berdialog dengan siapa pun—dari politisi hingga tukang sepatu—untuk menanyakan hal-hal mendasar tentang kebaikan, keadilan, kebajikan, dan jiwa manusia.
Ia hidup sangat sederhana, bahkan dianggap miskin oleh sebagian orang. Namun, ia percaya bahwa kebahagiaan sejati datang bukan dari kekayaan atau kekuasaan, melainkan dari kehidupan yang diperiksa dan direnungkan secara sadar.