Chrysippus: “Setiap Emosi adalah Hasil dari Penilaian Keliru”
- Cuplikan Layar
“Setiap emosi adalah hasil dari penilaian keliru.”
— Chrysippus
Malang, WISATA - Kutipan tajam ini mungkin terdengar kontroversial di tengah dunia modern yang justru mendorong kita untuk “merangkul” emosi. Namun, bagi Chrysippus — filsuf besar dari mazhab Stoik — emosi bukan sekadar gejala alami, melainkan konsekuensi dari penilaian rasional yang salah terhadap suatu keadaan.
Di zaman ketika banyak orang mencari ketenangan melalui meditasi, terapi, atau pelarian dari stres, ajaran Stoikisme menawarkan pendekatan yang radikal dan mendalam: ubah cara berpikirmu, dan emosimu akan ikut berubah. Mari kita telusuri makna dari kutipan ini dalam terang pemikiran Chrysippus dan relevansinya dalam kehidupan kita hari ini.
Siapa Chrysippus?
Chrysippus dari Soli (280–207 SM) adalah filsuf Yunani dari aliran Stoikisme yang dikenal sebagai pemikir paling sistematis dan produktif dalam sejarah Stoik klasik. Ia menyempurnakan fondasi Stoik yang dibangun oleh Zeno dan Cleanthes. Karya-karyanya (meski sebagian besar telah hilang) dikenal sangat luas dan memengaruhi pemikiran etika, logika, serta metafisika selama berabad-abad.
Bagi Chrysippus, filsafat adalah latihan jiwa untuk hidup secara benar, bukan hanya teori belaka. Ia menekankan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai melalui kehidupan yang selaras dengan akal budi (logos) dan kebajikan.
Emosi Menurut Chrysippus dan Kaum Stoik
Dalam kerangka Stoik, emosi bukanlah perasaan biasa, tetapi gangguan jiwa yang timbul karena penilaian keliru terhadap nilai suatu peristiwa. Misalnya: