John Sellars: Media Sosial Bisa Jadi Alat atau Racun, Apa yang Membuatnya Berbeda?

John Sellars
Sumber :
  • Cuplikan layar

Malang, WISATA – “Media sosial bisa menjadi alat atau racun—tergantung bagaimana kita menggunakannya.” Pernyataan ini diungkapkan oleh John Sellars, seorang filsuf kontemporer yang mempopulerkan ajaran Stoikisme modern sebagai panduan hidup bijak di tengah gempuran era digital. Dalam dunia yang sangat terhubung saat ini, media sosial memiliki peran ganda yang sangat signifikan bagi kehidupan manusia, baik sebagai sarana positif maupun sumber gangguan mental.

Emosi Bukan Musuh: Pelajaran dari Donald Robertson tentang Cara Mengelolanya dengan Bijak

Media Sosial: Pedang Bermata Dua

John Sellars menegaskan bahwa media sosial bukanlah musuh secara inheren, melainkan sebuah alat yang fungsi dan dampaknya bergantung pada cara kita menggunakannya. Ketika digunakan dengan bijak, media sosial dapat memperluas jaringan sosial, membuka peluang pendidikan, dan menyebarkan informasi yang bermanfaat. Namun, jika disalahgunakan atau dikonsumsi secara berlebihan, media sosial dapat menjadi racun yang mengikis kesehatan mental, menimbulkan stres, dan mengurangi kualitas hidup.

Bukan Reaksi, tapi Respons Kita yang Menentukan Hidup – Pelajaran Stoik dari Donald Robertson

Dampak Negatif Media Sosial Menurut John Sellars

Menurut John Sellars, penggunaan media sosial yang tidak terkendali dapat membawa sejumlah dampak negatif seperti berikut:

  • Gangguan Konsentrasi
    Notifikasi yang terus-menerus dan arus informasi yang deras membuat pikiran sulit fokus, sehingga menurunkan produktivitas dan ketenangan batin.
  • Perbandingan Sosial yang Merusak
    Membandingkan diri dengan kehidupan orang lain yang hanya tampak sempurna di media sosial dapat menimbulkan rasa iri, rendah diri, dan kecemasan.
  • Kecanduan dan Ketergantungan
    Media sosial yang dirancang untuk membuat pengguna terus-menerus terlibat dapat menciptakan kebiasaan yang sulit dikontrol.
  • Penyebaran Informasi Negatif
    Berita palsu, ujaran kebencian, dan konten negatif lainnya mudah menyebar, memicu konflik dan polarisasi sosial.
Bukan Dunia yang Bikin Kita Marah, tapi Cara Kita Menilainya – Pelajaran Stoik dari Donald Robertson

Media Sosial sebagai Alat yang Memberdayakan

Di sisi lain, John Sellars juga menyoroti potensi media sosial sebagai alat yang memberdayakan, jika digunakan secara sadar dan bertanggung jawab:

  • Platform Edukasi dan Inspirasi
    Banyak konten positif dan edukatif yang dapat memperkaya pengetahuan dan meningkatkan kesadaran diri.
  • Memperkuat Hubungan Sosial
    Media sosial memungkinkan komunikasi dan interaksi dengan keluarga, teman, dan komunitas yang lebih luas, meski berjauhan secara fisik.
  • Media untuk Ekspresi Diri
    Media sosial menjadi sarana bagi individu untuk mengekspresikan pemikiran, karya seni, dan aktivitas sosial secara bebas.

Stoikisme dan Penggunaan Media Sosial

John Sellars mengajak kita menggunakan prinsip Stoikisme untuk mengatur hubungan kita dengan media sosial. Stoikisme mengajarkan pentingnya kendali diri dan kesadaran penuh terhadap apa yang kita konsumsi dan bagaimana kita meresponsnya.

Beberapa saran praktis ala Stoik dari Sellars meliputi:

  • Batasi Waktu dan Konten
    Tetapkan batasan waktu untuk penggunaan media sosial dan pilih konten yang berkualitas.
  • Jangan Terbawa Emosi
    Hindari respon emosional yang berlebihan terhadap konten yang provokatif atau negatif.
  • Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan
    Jangan biarkan informasi yang tidak penting mengganggu ketenangan batin.
  • Refleksi Diri
    Secara rutin evaluasi dampak media sosial terhadap mood dan produktivitas pribadi.

Kesimpulan

John Sellars menegaskan bahwa media sosial adalah cerminan dari cara kita memilih menggunakannya. Dengan bijak dan sadar, media sosial dapat menjadi alat yang memperkaya dan memberdayakan. Namun, tanpa kendali, media sosial bisa berubah menjadi racun yang merusak ketenangan dan kesehatan mental.

Di era digital yang terus berkembang ini, filosofi Stoikisme memberikan panduan penting agar kita tetap menjadi pengendali diri sendiri, bukan dikendalikan oleh dunia maya.