René Descartes: “Aku Akan Berpikir, Aku Akan Ada, Selama Aku Berpikir”

René Descartes:
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA – Di tengah derasnya arus informasi digital dan berkembangnya teknologi kecerdasan buatan, pemikiran filsuf legendaris asal Prancis, René Descartes (1596–1650), kembali menjadi relevan. Salah satu kutipan terkenalnya, “Aku akan berpikir, aku akan ada, selama aku berpikir,” menjadi pengingat mendalam akan pentingnya kesadaran diri dan kekuatan akal budi dalam membentuk eksistensi manusia.

Keteguhan Moral di Tengah Krisis: Pandangan Stoik yang Relevan Menurut Massimo Pigliucci

René Descartes, yang dikenal luas sebagai Bapak Filsafat Modern, menempatkan aktivitas berpikir sebagai fondasi utama keberadaan manusia. Kutipan tersebut merupakan variasi dari pernyataan terkenalnya, “Cogito, ergo sum” atau “Aku berpikir, maka aku ada,” yang menjadi dasar revolusi pemikiran modern di Eropa pada abad ke-17.

Pemikiran sebagai Fondasi Eksistensi

Socrates dan Seni Bertanya: Cara Menemukan Kebenaran Lewat Dialog

Dalam dunia filsafat, gagasan Descartes tentang berpikir sebagai syarat keberadaan memiliki implikasi yang dalam. Ia berpendapat bahwa satu-satunya hal yang tidak bisa diragukan adalah keberadaan pikiran itu sendiri. Semua hal bisa diragukan — termasuk pancaindra, tubuh fisik, dan dunia luar — tetapi saat seseorang meragukan sesuatu, ia sedang berpikir, dan karena itu, ia pasti ada.

Kutipan “Aku akan berpikir, aku akan ada, selama aku berpikir” memperluas makna tersebut. Descartes menekankan bahwa eksistensi manusia tidak hanya diakui saat berpikir, tetapi keberlanjutan eksistensi itu sangat bergantung pada aktivitas berpikir itu sendiri. Pikiran adalah bukti kehadiran diri yang paling otentik.

7 Nasihat Socrates untuk Menjalani Hidup yang Bermakna dan Berpikir Kritis

Relevansi di Era Digital dan Otomatisasi

Di zaman sekarang, di mana kecerdasan buatan mampu memproses informasi lebih cepat dari manusia, pertanyaan mendasar tentang apa yang membedakan manusia dari mesin kembali mencuat. Dalam konteks ini, pemikiran Descartes menjadi refleksi penting. Mesin bisa memproses, tetapi hanya manusia yang bisa menyadari bahwa ia berpikir. Kesadaran ini — kesadaran akan keberadaan diri — menjadi pilar eksistensi manusia yang tidak bisa digantikan oleh algoritma.

Halaman Selanjutnya
img_title