Marcus Aurelius: Jangan Benci Kematian, Sambutlah Ia, Karena Alam Menghendakinya Seperti Segala Sesuatu Lainnya
- Cuplikan layar
Filsuf Stoik mengajarkan bahwa kebahagiaan dan ketenangan batin hanya bisa dicapai bila kita selaras dengan tatanan alam. Ketika kita mencoba melawan kenyataan bahwa hidup akan berakhir, kita sedang melawan sesuatu yang tak bisa dimenangkan. Namun, saat kita menerimanya dengan lapang dada, kita justru menemukan kebebasan.
Kematian Bukan Musuh, Tapi Guru
Dalam dunia modern, kematian sering kali dikaitkan dengan kesedihan, kekalahan, dan ketakutan. Namun, Marcus mengajarkan bahwa kematian bisa menjadi guru yang luar biasa. Ia mengingatkan kita akan keterbatasan waktu, mendorong kita untuk mencintai lebih dalam, bertindak lebih jujur, dan hidup lebih berani.
Dengan kesadaran bahwa hidup tidak abadi, kita jadi tidak menunda hal-hal penting: mengungkapkan kasih sayang, memperbaiki kesalahan, atau mengikuti panggilan hati. Justru karena kita akan mati, hidup ini menjadi berarti.
Kehidupan yang Sempurna Adalah Kehidupan yang Diterima Sepenuhnya
Salah satu inti dari Stoisisme adalah penerimaan. Bukan pasrah, melainkan menerima dengan sadar, bijaksana, dan lapang dada. Kematian bukanlah titik yang mencoreng kehidupan, tetapi bagian integral dari keseluruhan cerita. Sebuah kisah tidak akan lengkap tanpa akhir. Dan akhir yang diterima dengan baik akan membuat seluruh kisah lebih utuh.
Dengan menyambut kematian seperti menyambut fajar pagi yang baru, kita belajar melepaskan keterikatan yang berlebihan pada hal-hal duniawi. Kita tidak takut kehilangan, karena tahu bahwa kehilangan adalah bagian dari hidup.