Seneca: “Lebih pantas bagi seseorang untuk menertawakan hidup daripada meratapinya”
- Cuplikan layar
Bahkan dalam konteks medis, laughter therapy digunakan untuk membantu pasien kanker, penderita gangguan kecemasan, dan mereka yang sedang mengalami trauma emosional.
Menertawakan, Bukan Menyepelekan
Namun penting untuk diingat, menertawakan hidup bukan berarti menyepelekan penderitaan. Tertawa di sini adalah simbol kebijaksanaan dan kedewasaan emosional, bukan sinisme atau pelarian. Kita menertawakan keterbatasan kita, ketidakpastian masa depan, dan kenyataan bahwa hidup tak bisa dikendalikan sepenuhnya.
Seneca, melalui filosofi ini, tidak sedang merendahkan nilai hidup, tetapi justru meninggikannya. Ia mengajarkan bahwa hidup, sebagaimana adanya, harus kita hadapi dengan kepala tegak — dan jika memungkinkan, dengan senyum di wajah.
Teladan dari Para Tokoh Dunia
Banyak tokoh besar yang dikenal memiliki kepekaan humor dalam menghadapi masalah. Nelson Mandela, misalnya, sering tertawa meski menghabiskan 27 tahun di penjara. Viktor Frankl, seorang psikiater sekaligus penyintas Holocaust, menulis bahwa bahkan dalam kamp konsentrasi, manusia tetap punya kebebasan memilih sikap terhadap penderitaan.
Mereka membuktikan bahwa menertawakan hidup bukanlah bentuk kelemahan, melainkan bukti kekuatan batin yang luar biasa.