Rahasia Tak Terungkap Ratu Elizabeth I: Mengapa Ia Menolak Menikah Seumur Hidupnya?

Ratu Elizabeth I
Sumber :
  • https://x.com/a_otama

Malang, WISATARatu Elizabeth I dikenal sebagai salah satu penguasa paling legendaris dalam sejarah Inggris. Dikenal dengan julukan The Virgin Queen, Elizabeth I tidak pernah menikah sepanjang hidupnya, sebuah keputusan yang tak hanya memicu spekulasi dan teori konspirasi, tetapi juga menyimpan kisah pilu dan trauma yang jarang diketahui publik.

Rahasia Kelam di Balik Keputusan Ratu Elizabeth I untuk Tidak Menikah: Konspirasi atau Kenyataan?

Elizabeth I adalah putri Raja Henry VIII dengan istri keduanya, Anne Boleyn. Ia naik takhta pada 17 November 1558 dalam usia 25 tahun, menggantikan saudara tirinya, Ratu Mary. Pemerintahannya yang berlangsung hingga kematiannya pada 24 Maret 1603 menjadi era keemasan Inggris, terutama dalam bidang sastra, seni, dan ekspansi maritim. Namun, di balik gemilangnya era itu, keputusan Elizabeth untuk tetap melajang hingga akhir hayatnya menyisakan banyak tanda tanya.

Masa Kecil yang Penuh Luka

'Cermin Roh' Obsidian yang Digunakan oleh Peramal Istana Elizabeth I Berasal dari Aztec

Sejak lahir, hidup Elizabeth telah diwarnai ketidakpastian. Ibunya, Anne Boleyn, dihukum mati oleh ayahnya sendiri saat Elizabeth masih berusia dua setengah tahun. Tak hanya itu, pernikahan Henry VIII dengan Anne dibatalkan, membuat status Elizabeth sebagai anak tidak sah dalam struktur kerajaan.

Kondisi itu membuat jalan menuju takhta tidak mudah. Ia harus bersaing dengan saudara tirinya, Mary, putri Catherine dari Aragon, istri pertama Henry VIII, dan Edward, putra dari Jane Seymour. Bahkan sebelum menjadi ratu, Elizabeth pernah dipenjara karena dituduh mendukung pemberontakan Protestan.

Dari Epiktetos ke CBT: Jembatan Stoikisme dan Psikologi

Pemerintahan yang Cerdik dan Moderat

Sebagai penguasa, Elizabeth dikenal bijak dan moderat. Ia tidak melanjutkan kebijakan penganiayaan agama yang dilakukan pendahulunya. Sikap toleran ini menjadikannya sosok yang dicintai rakyat. Pemerintahannya mencatatkan prestasi luar biasa dalam bidang seni dan sastra, di mana nama-nama seperti William Shakespeare dan Christopher Marlowe muncul ke permukaan.

Di bidang pelayaran dan penjelajahan, Inggris juga berkembang pesat. Sosok Francis Drake menjadi salah satu penjelajah termasyhur dan ditakuti oleh Spanyol. Inggris menjadi negara kuat, namun sang ratu tetap memilih sendiri tanpa pendamping.

Deretan Pelamar yang Ditolak

Sejak masa awal pemerintahannya, banyak pihak berharap Elizabeth segera menikah demi stabilitas politik dan kelangsungan dinasti. Namun sang ratu selalu menghindar dari pernikahan. Salah satu pelamar paling gigih adalah Francois, Duke of Alençon, seorang pangeran Prancis yang usianya terpaut 21 tahun lebih muda dari Elizabeth. Ia bahkan dikejar-kejar dengan julukan ejekan dari sang ratu, "si kodok", dan tak pernah mendapat jawaban pasti.

Lamaran demi lamaran datang silih berganti, mulai dari Felipe II dari Spanyol pada tahun 1559, Karl dari Austria, hingga Henri dan Francois dari Wangsa Valois. Meski sempat dipertimbangkan, tak satu pun yang berhasil menikahi sang ratu.

Ketakutan Akan Pernikahan dan Persalinan

Salah satu alasan utama Elizabeth menolak pernikahan adalah ketakutannya yang mendalam terhadap pernikahan dan persalinan. Pada abad ke-16, proses melahirkan merupakan hal berisiko tinggi dan sering kali berujung pada kematian ibu. Elizabeth menyaksikan langsung bagaimana Jane Seymour, istri ketiga Henry VIII, meninggal setelah melahirkan Edward pada 1537. Begitu pula Catherine Parr, istri terakhir Henry, yang wafat pasca persalinan pada 1548.

Tak hanya itu, trauma masa kecil memperparah ketakutannya. Ia melihat sendiri bagaimana ayahnya mengeksekusi Anne Boleyn, ibunya sendiri, dan Catherine Howard yang juga merupakan temannya semasa kecil. Elizabeth juga memahami efek negatif dari pernikahan politik, seperti yang dialami Ratu Mary yang dibenci rakyat karena menikah dengan Felipe dari Spanyol.

Kecurigaan Bahwa Elizabeth Mandul

Di balik keputusan Elizabeth yang tak kunjung menikah, beredar juga dugaan bahwa sang ratu sebenarnya menyadari dirinya mandul. Di masa itu, menjadi permaisuri atau ratu berarti melahirkan penerus takhta. Jika tak mampu melahirkan, seorang ratu bisa dianggap gagal dan kehilangan pengaruh politik. Hal ini memperkuat tekad Elizabeth untuk menjauh dari ikatan pernikahan.

Strategi Politik dan Simbol Kekuatan

Bagi Elizabeth, tetap melajang bukan hanya keputusan pribadi, tetapi juga langkah politik. Ia menjadikan dirinya sebagai simbol kekuatan negara, menyamakan cintanya kepada rakyat dengan cinta seorang istri kepada suaminya. Gelar The Virgin Queen adalah bagian dari citra yang ia bangun—seorang ratu mandiri, tak terikat oleh siapa pun, dan seluruh hidupnya dipersembahkan untuk Inggris.

Ia mampu memainkan diplomasi tinggi dengan menjajaki kemungkinan pernikahan untuk tujuan politik tanpa benar-benar berniat melakukannya. Langkah ini membuat lawan politiknya kesulitan membaca langkah berikutnya, sekaligus memperkuat posisi Inggris di panggung internasional.

Meninggal Tanpa Penerus

Elizabeth I wafat pada tahun 1603 tanpa meninggalkan keturunan. Dengan kepergiannya, berakhir pula Dinasti Tudor yang telah berkuasa sejak akhir abad ke-15. Takhtanya kemudian diteruskan oleh James VI dari Skotlandia, yang menjadi James I dari Inggris dan memulai Dinasti Stuart.

Keputusan Elizabeth untuk tidak menikah tetap menjadi salah satu misteri sejarah yang paling banyak dibahas hingga kini. Apakah karena trauma masa kecil, ketakutan terhadap persalinan, atau perhitungan politik semata, satu hal yang pasti: Elizabeth I telah meninggalkan warisan besar sebagai penguasa tunggal perempuan yang mampu membawa Inggris mencapai masa keemasan.