Epictetus: Jangan Jelaskan Filosofimu, Jalani dan Wujudkan dalam Tindakan

Epictetus Filsuf Stoik
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA — Dalam dunia yang penuh dengan opini, ceramah, dan deklarasi moral di media sosial, filsuf Stoik asal Yunani, Epictetus, menyampaikan sebuah pesan mendalam yang terasa sangat relevan:

Ryan Holiday: “Ingatlah bahwa Kamu Pasti Akan Mati. Gunakan Waktumu dengan Bijak.”

“Don’t explain your philosophy. Embody it.”
(Jangan jelaskan filosofi hidupmu. Jalani dan wujudkan dalam tindakan.)

Pernyataan ini bukan sekadar nasihat, tetapi juga teguran halus bagi kita semua yang kerap lebih sibuk menjelaskan nilai hidup yang kita yakini, daripada sungguh-sungguh mewujudkannya dalam keseharian.

Ryan Holiday: “Waktu adalah Satu-satunya Aset yang Tidak Bisa Diulang” – Refleksi Stoik

Tindakan Lebih Nyata dari Kata-Kata

Epictetus mengajarkan bahwa filsafat bukan untuk dipamerkan, tapi untuk dijalani. Tidak ada gunanya seseorang menyatakan dirinya bijak, sederhana, atau kuat secara moral jika dalam praktiknya ia justru lemah, reaktif, atau egois.

Ryan Holiday: "Filosofi Bukan Hanya untuk Dipikirkan, Tetapi untuk Dijalani" – Menghidupkan Nilai Stoik di Dunia Modern

Filosofi, menurut Epictetus, harus terlihat dari:

  • Cara kita merespons konflik.
  • Kesabaran dalam menghadapi tantangan.
  • Konsistensi antara nilai yang diyakini dan keputusan yang diambil.

Relevansi di Era Digital: Banyak Bicara, Minim Bukti

Di era media sosial, orang mudah menyampaikan prinsip hidup melalui status, kutipan bijak, atau thread motivasi. Namun pertanyaannya: apakah semua itu tercermin dalam tindakan nyata?

Epictetus menantang kita untuk berhenti sibuk menjelaskan siapa diri kita melalui kata-kata, dan mulai memperlihatkannya melalui perilaku yang konsisten dan terarah.

Filosofi Hidup Harus Dirasakan Orang Lain

Seseorang yang benar-benar menjalani prinsip Stoik tidak perlu menyebut dirinya Stoik. Ia akan dikenal melalui:

  • Ketenangan dalam tekanan.
  • Keteguhan dalam integritas.
  • Kepedulian tanpa pamrih.

Epictetus percaya bahwa tindakan yang selaras dengan nilai akan berbicara lebih keras daripada seribu penjelasan.

Dari Belajar ke Menjadi

Banyak orang menganggap filsafat sebagai ilmu untuk dipelajari, padahal Epictetus ingin kita menjadikan filsafat sebagai laku hidup. Dalam ajaran Stoik, tidak cukup hanya membaca kutipan Marcus Aurelius atau Seneca—kita harus melatih diri agar nilai-nilai itu hidup dalam tindakan kita sehari-hari.

Tidak cukup hanya berkata “saya sabar” — tunjukkanlah kesabaran saat orang lain menguji batasmu.
Tidak cukup berkata “saya tidak terikat pada materi” — buktikanlah saat kehilangan datang.

Dunia Butuh Contoh, Bukan Ceramah

Pesan Epictetus menjadi sangat penting dalam konteks kepemimpinan, pendidikan, dan pengaruh sosial. Dunia tidak membutuhkan lebih banyak orang yang hanya berkata-kata bijak. Dunia butuh teladan nyata—orang yang bertindak berdasarkan nilai yang diyakininya, dalam sunyi sekalipun.

Penutup: Filsafat yang Terlihat, Bukan Hanya Terdengar

Kutipan ini seolah mengajak kita bercermin: Apakah kita hanya pandai bicara, atau sudah benar-benar menghidupi apa yang kita ucapkan? Epictetus menantang kita semua untuk tidak sekadar tahu apa itu kebijaksanaan, tetapi menjadi bijaksana.

Filsafat yang hidup dalam tindakan akan lebih dikenang daripada seribu penjelasan tanpa bukti