Thales: Filsuf Pertama dan Awal Mula Filsafat Barat
- Image Creator/Handoko
Walaupun tidak ada bukti bahwa Thales menggunakan eksperimen ilmiah dalam arti modern, ia mengedepankan pengamatan, pengujian ide, dan penalaran logis dalam mencari penjelasan tentang dunia. Ini berbeda dengan bangsa Babilonia yang hanya mencatat fenomena tanpa mencari pola atau prinsip di baliknya.
Generasi setelah Thales, seperti Anaximander, mulai menerapkan model matematika dan geometris dalam menjelaskan struktur kosmos. Misalnya, ide bahwa bumi tetap di tempat bukan karena ada sesuatu yang menopangnya, melainkan karena keseimbangan simetris — konsep revolusioner pada masanya.
Filsafat Alam dan Inferensi Terbaik
Thales dan para pemikir Milesian lainnya seperti Anaximenes memperkenalkan pendekatan baru dalam berpikir ilmiah: inferensi menuju penjelasan terbaik. Mereka bersaing dalam menawarkan teori yang lebih rasional dan sesuai dengan fenomena alam, bukan semata-mata menerima penjelasan tradisional atau religius.
Contoh menarik adalah teori Anaximenes yang menyatakan bahwa bumi didukung oleh udara. Ia menggambarkan bahwa seperti layang-layang atau layar kapal, benda datar besar sulit bergerak melawan angin, dan dengan demikian, bumi yang luas dapat tetap melayang di atas tiupan udara yang kuat.
Warisan Abadi Thales
Meskipun ide-ide Thales terdengar naif menurut standar modern, warisannya tetap abadi. Ia mengajarkan bahwa dunia dapat dipahami melalui akal budi dan bahwa pengetahuan bisa didapat tanpa bergantung pada mitos. Ini adalah titik awal dari tradisi panjang filsafat, sains, dan rasionalitas Barat.