Socrates dan Perubahan: Mengapa Hanya Orang Bodoh atau Sangat Bijak yang Bisa Menolaknya?

Malang, WISATA — Dunia tak pernah diam. Waktu terus berjalan. Teknologi berkembang, kebiasaan bergeser, dan cara pandang manusia pun terus berubah. Namun, di tengah gelombang perubahan ini, selalu ada dua jenis manusia yang menolak berubah: mereka yang tidak tahu, dan mereka yang sudah tahu terlalu dalam. Inilah yang dimaksud Socrates ketika ia berkata:
“Hanya orang yang sangat bodoh atau sangat bijak yang bisa menolak perubahan.”

Kutipan ini terlihat paradoks. Mengapa yang bodoh dan yang bijak bisa sama-sama menolak perubahan? Lalu bagaimana dengan kita, manusia biasa yang sedang tumbuh di antara dua kutub ekstrem ini? Mari kita telaah lebih dalam ajaran Socrates ini, dan apa maknanya bagi kehidupan kita hari ini.

Hidup Adalah Perubahan

Sejak zaman Yunani kuno hingga era digital saat ini, perubahan adalah satu-satunya kepastian dalam hidup. Cuaca berubah, tubuh menua, teknologi berkembang, bahkan nilai sosial pun ikut bergeser seiring waktu. Socrates, sebagai salah satu pemikir paling awal dalam sejarah filsafat Barat, memahami hal ini dengan sangat baik.

Namun, ia juga menyadari bahwa tidak semua orang menyambut perubahan dengan tangan terbuka. Banyak yang justru menolaknya, dan itu bisa menjadi petunjuk tentang kedalaman pengetahuan atau keterbatasan pemahaman mereka.

Orang Bodoh Menolak Karena Takut

Bagi orang yang sangat bodoh—dalam arti mereka tidak mau belajar, tidak mau berpikir, dan tidak mau memahami—perubahan adalah ancaman. Perubahan memaksa mereka keluar dari zona nyaman, menguji logika mereka, dan menantang kepercayaan yang sudah lama dianut.

Halaman Selanjutnya

Penolakan terhadap perubahan, dalam konteks ini, bukan karena mereka yakin itu buruk, tetapi karena mereka tidak mampu melihat lebih jauh. Ketakutan menjadi penghalang utama.