William B. Irvine: “Kunci Kebahagiaan Bukan Memiliki Lebih, Tetapi Menginginkan Lebih Sedikit”

William B. Irvine
Sumber :
  • Tangkapan layar

Jakarta, WISATA – Dalam dunia yang dibanjiri iklan, daftar keinginan, dan budaya konsumsi tanpa akhir, filsuf modern William B. Irvine menyampaikan sebuah kebenaran sederhana namun dalam:

“Jangan Kejar Banyak Hal. Kejar Hal yang Penting” – Nasihat Ryan Holiday untuk Hidup Lebih Fokus dan Bermakna

“The key to happiness is not having more, but wanting less.”
(Kunci kebahagiaan bukan memiliki lebih, tetapi menginginkan lebih sedikit.)

Kutipan ini berasal dari filosofi Stoikisme, yang telah direinterpretasi oleh Irvine dalam gaya kontemporer—mudah dimengerti, aplikatif, dan relevan untuk pembaca modern.

“Setiap Hari adalah Kesempatan untuk Menjadi Versi Dirimu yang Lebih Baik” – Filosofi Ryan Holiday

Stoikisme dan Tantangan Abad ke-21

William B. Irvine adalah profesor filsafat di Wright State University, Amerika Serikat. Ia dikenal luas lewat karyanya yang monumental, A Guide to the Good Life: The Ancient Art of Stoic Joy (2008). Dalam buku ini, ia menghidupkan kembali prinsip Stoik kuno untuk membantu masyarakat modern menghadapi stres, kecemasan, dan kelelahan emosional akibat tekanan hidup.

“Kamu Tidak Bisa Mengontrol Segalanya, Tapi Kamu Selalu Bisa Memilih Bagaimana Kamu Merespons” – Ryan Holiday

Pernyataannya tentang kebahagiaan menyoroti konsep “hedonic treadmill—kecenderungan manusia untuk terus mengejar hal-hal baru tanpa pernah benar-benar merasa cukup. Dalam konteks ini, ingin lebih sedikit menjadi tindakan revolusioner.

Menemukan Ketenangan dalam Kesederhanaan

Stoikisme mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan berasal dari kondisi eksternal, tetapi dari sikap batin terhadap apa yang sudah kita miliki. Irvine menggambarkan bagaimana kita sering mengabaikan nikmat sehari-hari—udara segar, hubungan baik, tubuh yang sehat—karena sibuk mengejar sesuatu yang “lebih besar”.

“Saat kita terus menumpuk keinginan, kita menciptakan penderitaan yang tak perlu,” tulisnya.
“Sebaliknya, dengan menghargai hal-hal sederhana, kita justru merasakan kepuasan yang lebih dalam.”

Perspektif Ilmiah: Neurosains dan Kepuasan

Penelitian dalam bidang neurosains mendukung gagasan ini. Studi dari Harvard University menunjukkan bahwa tingkat kebahagiaan tidak berkorelasi secara linear dengan kekayaan atau kepemilikan materi. Justru, latihan bersyukur dan pengendalian keinginan berperan besar dalam menciptakan ketenangan dan kepuasan batin.

Senada dengan Filsuf Lain: Epictetus hingga Lopez

Apa yang disampaikan oleh Irvine sebenarnya adalah warisan pemikiran Epictetus, filsuf Stoik abad pertama yang menyatakan bahwa “Kebahagiaan tergantung pada kehendak kita, bukan kondisi kita.”

Gregory Lopez, penulis A Handbook for New Stoics, juga menyampaikan bahwa mengelola ekspektasi adalah seni utama dalam hidup bahagia. Sementara Ryan Holiday menekankan bahwa mengendalikan keinginan adalah bentuk kebebasan sejati.

Latihan Stoik: Ingin Lebih Sedikit, Bahagia Lebih Banyak

Dalam praktik sehari-hari, Irvine menyarankan beberapa langkah sederhana untuk “ingin lebih sedikit”:

1.     Visualisasi Negatif: Bayangkan hidup tanpa barang atau kenyamanan tertentu untuk mengasah rasa syukur.

2.     Latihan Frugalitas: Coba hidup sederhana secara sadar beberapa hari setiap bulan.

3.     Pertanyaan Stoik: “Jika saya tidak pernah mendapatkan ini, apakah saya masih bisa bahagia?”

Langkah-langkah ini bukan bertujuan menyiksa diri, tapi membebaskan dari ilusi bahwa “lebih banyak” selalu berarti “lebih baik”.

Refleksi Akhir: Ubah Sudut Pandang, Bukan Realita

Kutipan William B. Irvine menjadi panduan ringkas namun mendalam dalam mencari makna dan kebahagiaan sejati di tengah dunia yang bising:

“The key to happiness is not having more, but wanting less.”

Ketika seseorang berhasil menginginkan lebih sedikit, ia bukan hanya hidup lebih tenang, tetapi juga lebih merdeka.