Menelusuri Jejak Pemikiran René Descartes dan Plato: Rasio, Realitas, dan Kebenaran

René Descartes dan Plato
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Descartes juga memandang bahwa pengetahuan sejati harus bersifat pasti dan jelas, serta datang dari rasio, bukan dari pengalaman inderawi. Namun tidak seperti Plato yang memadukan metafisika dan mitologi, Descartes lebih ketat dalam logika dan matematika. Ia percaya bahwa dengan menggunakan metode deduktif dan akal budi yang bersih dari prasangka, manusia bisa sampai pada pengetahuan yang tak terbantahkan.

Menemukan Kekuatan Sejati: Pesan Massimo Pigliucci tentang Pentingnya Berpikir Sebelum Bereaksi

Dengan kata lain, baik Plato maupun Descartes menjadikan akal sebagai jalan utama untuk meraih kebenaran, namun Plato mengaitkannya dengan dimensi spiritual dan ontologis, sedangkan Descartes membingkainya dalam logika ilmiah dan sistematis.

Pandangan tentang Tuhan: Kausalitas dan Kesempurnaan

Jules Evans: “Kebijaksanaan Kuno adalah Cahaya yang Tidak Pernah Padam di Zaman Modern”

Plato menempatkan prinsip Ilahi dalam konsep “Form of the Good” atau “Ide tentang Kebaikan Tertinggi” yang menjadi sumber dari segala kebenaran dan keindahan. Meskipun ia tidak menyebut Tuhan secara eksplisit dalam terminologi teistik, konsep ini memiliki peran metafisis yang hampir serupa dengan peran Tuhan dalam agama.

Sementara itu, Descartes secara tegas membuktikan keberadaan Tuhan dalam tulisannya. Bagi Descartes, Tuhan adalah makhluk yang sempurna dan eksistensinya penting untuk menjamin bahwa akal manusia tidak diciptakan untuk tertipu. Tanpa Tuhan yang sempurna dan baik, manusia tidak bisa mempercayai kebenaran pikirannya sendiri. Oleh karena itu, dalam filsafat Descartes, Tuhan menjadi jaminan epistemologis agar pikiran manusia tidak tersesat.

Berhenti Mengejar Pengakuan: Pesan Stoik Massimo Pigliucci tentang Kebebasan Sejati

Tujuan Filsafat: Jalan Menuju Kebijaksanaan dan Kebebasan

Bagi Plato, filsafat adalah jalan untuk membebaskan jiwa dari belenggu kebodohan dan dunia inderawi. Tujuannya adalah mencapai pengetahuan tertinggi, hidup dalam kebajikan, dan menyatu kembali dengan dunia yang sempurna — Dunia Ide. Ia percaya bahwa masyarakat ideal hanya bisa dibangun oleh para filsuf, karena hanya mereka yang memahami Kebaikan Tertinggi.

Halaman Selanjutnya
img_title