Perlawanan di Nusantara: Kenapa Banyak Pihak Menentang Jan Pieterszoon Coen?

Jan Pieterszoon Coen
Sumber :
  • Cuplikan Layar

Jakarta, WISATA - Artikel ini berdasarkan dokumen Jan Pieterszoon Coen dan ditulis oleh Dr. H.F.M. Huijbers. Buku ini diterbitkan oleh A.W. Bruna & Zoon, Utrecht, dan merupakan bagian dari Bruna’s Historische Bibliotheek. Buku ini membahas kehidupan dan kiprah Jan Pieterszoon Coen (1587-1629), seorang tokoh penting dalam sejarah kolonial Belanda di Hindia Timur. Coen dikenal sebagai Gubernur Jenderal VOC yang memainkan peran utama dalam pendirian Batavia pada 1619 serta memperkuat dominasi Belanda di Nusantara. Ini adalah artikel keempat dari delapan artikel yang direncanakan.

Wakil Presiden ILC Serukan Perlindungan Pekerja Digital dan Kutuk Pelanggaran HAM oleh Israel

Di balik gemerlap keberhasilan ekspansi VOC, terdapat gelombang perlawanan yang cukup signifikan dari berbagai pihak di Nusantara. Perlawanan ini muncul sebagai reaksi terhadap kebijakan dan tindakan keras yang diterapkan oleh Jan Pieterszoon Coen dalam menegakkan kekuasaan Belanda. Artikel ini akan mengulas secara mendalam mengenai alasan dan dinamika perlawanan yang terjadi, baik dari kalangan penguasa lokal, pedagang, maupun masyarakat umum. Dengan pendekatan naratif yang mudah dipahami, kita akan mencoba memahami mengapa banyak pihak menentang Coen, meskipun namanya identik dengan keberhasilan pendirian Batavia dan dominasi VOC di Hindia Timur.

Latar Belakang Konteks Sejarah dan Sosial

Karl Marx: “Sistem Ekonomi yang Mengabaikan Keadilan Sosial, pada Akhirnya akan Menghancurkan Dirinya Sendiri.”

Pada awal abad ke-17, Nusantara merupakan wilayah yang sangat strategis bagi perdagangan global. Rempah-rempah yang melimpah di kepulauan ini menarik perhatian bangsa Eropa, terutama Belanda yang melalui VOC berupaya untuk menguasai sumber daya tersebut. Namun, wilayah Nusantara bukanlah tanah yang kosong. Di sana telah berkembang struktur sosial, budaya, dan sistem pemerintahan yang kompleks, dengan para penguasa lokal yang memiliki kedaulatan dan hubungan dagang yang telah berlangsung lama dengan negara-negara tetangga dan juga bangsa Eropa.

Ketika VOC, dengan kekuatan militer dan kebijakan ekonomi yang agresif, mulai memasuki wilayah ini, banyak elemen masyarakat lokal merasa terancam. Sistem yang telah mapan selama berabad-abad tiba-tiba digoyahkan oleh pendekatan yang mengedepankan kekerasan dan penindasan. Jan Pieterszoon Coen, sebagai simbol kebijakan tegas VOC, dipandang oleh banyak pihak sebagai sosok yang membawa perubahan drastis yang tidak selalu membawa manfaat bagi penduduk lokal.

Langkah Menuju Perubahan: Usulan Revisi Pasal 57 dan Dampaknya terhadap Kebijakan Kolonial

Penindasan dan Kekejaman dalam Penerapan Kebijakan

Salah satu alasan utama munculnya perlawanan adalah metode penaklukan dan kebijakan administratif yang diterapkan oleh Coen. Dalam upaya menegakkan monopoli perdagangan rempah, Coen sering menggunakan kekuatan militer secara brutal. Serangan mendadak terhadap kota-kota seperti Jayakarta, yang berujung pada transformasi menjadi Batavia, menjadi contoh nyata dari kebijakan yang tidak memihak kepada kepentingan rakyat setempat.

Para penguasa lokal dan masyarakat biasa menyaksikan secara langsung bagaimana kota mereka dihancurkan, infrastruktur yang telah ada selama berabad-abad diratakan, dan sistem pemerintahan lama digantikan dengan sistem baru yang sepenuhnya dikendalikan oleh pihak asing. Tindakan ini, meskipun berhasil menegaskan dominasi VOC, menimbulkan luka mendalam di kalangan masyarakat Nusantara. Rasa kehilangan identitas, kedaulatan, dan hak atas tanah menjadi bahan bakar perlawanan yang kemudian meluas ke berbagai lapisan masyarakat.

Halaman Selanjutnya
img_title