Dampak dan Masa Depan Pendidikan Perempuan di Hindia Belanda: Jejak Kartinifonds dan Van Deventer-Stichting
- Bicara Tokoh
Jakarta, WISATA - Artikel ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian tujuh artikel yang membahas perjalanan Kartinifonds, sebuah organisasi yang didirikan di Den Haag, Belanda, pada 27 Juni 1913, untuk mendukung pendidikan perempuan pribumi di Hindia Belanda. Artikel ini disusun berdasarkan Jubileum-verslag, laporan peringatan 25 tahun organisasi ini, yang mencakup aktivitasnya dari 1913 hingga 1938.
Artikel sebelumnya telah membahas bagaimana Sekolah Kartini dan Sekolah Van Deventer berkontribusi dalam membentuk generasi baru perempuan pribumi yang lebih terdidik dan berdaya. Artikel ini akan mengulas dampak jangka panjang dari Kartinifonds dan Van Deventer-Stichting terhadap sistem pendidikan di Indonesia, serta bagaimana warisan mereka masih terasa hingga saat ini.
Jejak Kartinifonds dan Van Deventer-Stichting dalam Sejarah Pendidikan Indonesia
Selama lebih dari dua dekade, Kartinifonds dan Van Deventer-Stichting telah membuka pintu pendidikan bagi ribuan perempuan pribumi. Keberadaan sekolah-sekolah yang mereka dirikan tidak hanya memberi kesempatan bagi perempuan untuk belajar, tetapi juga mengubah paradigma masyarakat tentang pentingnya pendidikan perempuan.
Namun, setelah Perang Dunia II dan pendudukan Jepang (1942-1945), banyak sekolah yang berada di bawah naungan Kartinifonds dan Van Deventer-Stichting mengalami perubahan. Beberapa sekolah ditutup, sementara yang lainnya diambil alih oleh pemerintah Indonesia setelah kemerdekaan pada tahun 1945.
Meskipun organisasi ini tidak lagi aktif setelah Indonesia merdeka, dampak yang mereka tinggalkan tetap terasa dalam beberapa aspek penting, seperti:
1. Fondasi Pendidikan Perempuan di Indonesia