Dialog Kontroversial Antara Ibnu Rusyd dan Al-Ghazali dalam Menerjemahkan Pemikiran Aristoteles ke dalam Teologi Islam
- Image Creator Grok/Handoko
Namun, karya yang paling kontroversial dan menjadi perdebatan adalah Tahafut al-Falasifa (Ketidakkonsistenan Para Filosof). Dalam karya ini, Al-Ghazali mengkritik para filsuf Muslim yang terlalu mengandalkan akal dan logika, terutama mereka yang banyak terinspirasi oleh pemikiran Aristoteles. Menurut Al-Ghazali, penalaran rasional yang murni memiliki keterbatasan untuk menyentuh realitas yang bersifat transenden dan hanya wahyu ilahi yang mampu memberikan pencerahan sejati.
Kritik Al-Ghazali terhadap Rasionalisme
Al-Ghazali berpendapat bahwa meskipun akal adalah alat penting dalam memahami dunia, akal manusia tidak mampu mencapai kebenaran yang hakiki tanpa bantuan wahyu. Ia menyatakan bahwa pendekatan ilmiah yang terlalu bergantung pada logika dapat menjerumuskan manusia ke dalam kesombongan intelektual. Kritiknya ditujukan kepada mereka yang mengabaikan aspek spiritual dan mistik, sehingga mengorbankan inti keimanan.
Dalam Tahafut al-Falasifa, Al-Ghazali menggunakan argumen yang tajam dan puitis untuk menunjukkan bahwa keterbatasan akal manusia membuatnya tidak mampu mengungkap segala rahasia alam semesta. Data yang diungkapkan oleh penelitian dalam Encyclopaedia Islam menegaskan bahwa pemikiran Al-Ghazali ini telah memberikan dampak besar terhadap perkembangan keilmuan Islam, terutama dalam menekankan bahwa kebenaran harus diperoleh melalui kombinasi antara pengetahuan rasional dan pencerahan spiritual.
Dampak Sosial dan Kultural
Pengaruh pemikiran Al-Ghazali tidak hanya terbatas pada ranah teoretis, melainkan juga merambah ke kehidupan sosial dan kultural umat Islam. Dengan mengedepankan nilai keimanan, ia berhasil menciptakan kesadaran bahwa ilmu pengetahuan harus selalu disertai dengan nilai-nilai spiritual. Kritiknya terhadap dominasi logika yang kaku mendorong masyarakat untuk lebih menghargai pengalaman religius dan mistik sebagai bagian dari perjalanan pencarian kebenaran.
Ibnu Rusyd: Pembela Rasionalitas dan Jembatan Dialog Intelektual
Kehidupan dan Konteks Ibnu Rusyd