Ibnu Khaldun: Pelopor Teori Ekonomi dan Siklus Kejatuhan Peradaban
- Cuplikan layar
Sebagai contoh, ketimpangan ekonomi global semakin meningkat, dengan laporan Oxfam 2020 menunjukkan bahwa 1% orang terkaya di dunia menguasai lebih dari setengah kekayaan global. Data ini memperlihatkan adanya kesenjangan yang besar antara segelintir orang kaya dan jutaan orang miskin. Ketimpangan ini memperburuk stabilitas sosial dan politik, yang bisa menjadi pemicu keruntuhan sebuah peradaban, seperti yang digambarkan oleh Ibnu Khaldun dalam teori siklus peradaban.
Data dari Bank Dunia juga mengungkapkan bahwa 9,2% dari populasi dunia hidup di bawah garis kemiskinan internasional pada tahun 2019. Ketidakadilan sosial dan ekonomi ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi masyarakat saat ini, dan mengingatkan kita akan pentingnya pemikiran Ibnu Khaldun dalam menciptakan sistem sosial dan ekonomi yang lebih adil.
Ibnu Khaldun, meskipun hidup pada abad ke-14, memberikan wawasan yang sangat relevan tentang dinamika peradaban dan ekonomi yang tetap berlaku hingga hari ini. Teori siklus peradabannya, yang menjelaskan fase kelahiran, kejayaan, dan kejatuhan peradaban, serta konsep ekonomi tentang pajak dan produksi, tetap menjadi landasan bagi studi-studi ekonomi dan sosiologi modern.
Untuk mencegah keruntuhan peradaban, kita perlu belajar dari pemikiran Ibnu Khaldun: menjaga solidaritas sosial, memastikan keadilan ekonomi, dan menghindari ketimpangan yang terlalu besar. Dengan demikian, kita bisa menciptakan peradaban yang lebih berkelanjutan, adil, dan makmur.