Bikin Baper di Era Digital: Apakah Etika Socrates Masih Relevan dan Cuan?
- Image Creator/Handoko
Malang, WISATA - Bayangkan kalau Socrates, sang filsuf kuno yang terkenal, tiba-tiba bangun dari tidur panjangnya dan langsung menemukan dirinya di tengah-tengah kehidupan modern dengan smartphone dan media sosial. Pasti dia bakal bingung banget, tapi juga pasti akan punya banyak kata-kata bijak tentang etika di era digital ini. Pertanyaannya, apakah prinsip-prinsip etika dari Socrates masih relevan di dunia di mana seperti algoritma dan likes mendominasi kehidupan kita sehari-hari?
Socrates dan Metodologi Socratic
Dulu, Socrates dikenal dengan metode dialognya yang khas, yang sekarang kita kenal sebagai metode Socratic. Intinya, dia mengajarkan orang untuk berpikir kritis, bertanya dan bertanya lagi, sampai mereka menemukan jawaban yang sebenarnya dari dalam diri mereka sendiri. Nah, di era digital, metode ini bisa diterapkan untuk menangani informasi yang begitu banyak dan seringkali bertentangan. Dalam konteks media sosial, ini bisa berarti kita harus belajar untuk menanyakan sumber informasi, mempertanyakan kebenaran dari apa yang kita baca, dan tidak langsung menerima begitu saja apa yang viral di feed kita.
Etika Kebenaran dan Keadilan
Socrates mengajarkan bahwa kebenaran dan keadilan adalah hal-hal yang mutlak dan harus dikejar tanpa kompromi. Dalam dunia digital, kebenaran seringkali dipertanyakan; fake news melanda, dan filter bubble membuat kita terjebak dalam echo chamber. Prinsip Socrates tentang kebenaran mendorong kita untuk selalu mencari fakta, menggunakan sumber yang terpercaya, dan membuka diri terhadap berbagai perspektif. Bahkan dalam membuat konten, kita perlu bertanya pada diri sendiri, "Apakah ini yang benar-benar ingin saya bagikan? Apakah ini bermanfaat atau hanya untuk mendapatkan popularitas?"
Keprihatinan Terhadap Korupsi Moral
Socrates menghabiskan hidupnya untuk memberantas apa yang dia anggap sebagai korupsi moral di Athena. Di era digital, korupsi moral ini bisa dilihat dalam bentuk cyberbullying, penyebaran berita bohong, atau tindakan online lain yang merugikan orang lain. Prinsip Socrates tentang kebajikan dan kebaikan bisa diterapkan dengan mempertimbangkan dampak dari setiap postingan atau komentar kita. Sebelum kita share sesuatu, berhenti sejenak dan tanyakan pada diri sendiri, "Apakah ini bisa menyakiti seseorang?" atau "Apakah ini membantu atau justru memperburuk situasi?"
Self-Examination di Media Sosial
Salah satu ajaran terpenting dari Socrates adalah "Kenali dirimu sendiri." Di era media sosial, ini bisa berarti memahami mengapa kita merasa perlu untuk membagikan setiap detail hidup kita. Apakah kita mencari validasi dari like dan komentar? Atau kita sedang mencoba mengungkapkan identitas kita yang sebenarnya? Self-examination ini bisa membantu kita menggunakan platform digital dengan lebih bijak, menghindari perilaku yang bisa menjadi adiktif atau merusak diri sendiri.
Socrates juga akan sangat tertarik dengan isu privasi dan tanggung jawab di dunia digital. Dia mungkin akan mengajukan pertanyaan kritis tentang siapa yang memiliki data kita, bagaimana data itu digunakan, dan apakah kita benar-benar memahami konsekuensi dari setiap klik yang kita lakukan. Prinsip etika Socrates akan mendorong kita untuk mempertanyakan perusahaan teknologi tentang tanggung jawab mereka terhadap pengguna dan masyarakat luas.
Etika Socrates di Era Digital
Meskipun Socrates hidup di zaman yang sangat berbeda, prinsip-prinsip etikanya tidak hanya relevan tetapi juga sangat dibutuhkan di era digital. Dia akan mendorong kita untuk berpikir kritis, mencari kebenaran, menghindari korupsi moral, mengenal diri sendiri, dan memahami tanggung jawab kita dalam ruang digital. Di dunia di mana teknologi bisa membuat kita terhubung atau terasingkan, etika Socrates bisa menjadi panduan untuk menjalani kehidupan digital dengan lebih bijaksana dan bertanggung jawab.
Dalam dunia di mana setiap orang bisa menjadi penerbit, influencer, atau penyebar berita, etika Socrates mengingatkan kita bahwa dengan kebebasan besar datang tanggung jawab besar. Maka, kembali ke akar etika kuno ini mungkin bisa menjadi obat untuk banyak penyakit yang muncul di dunia digital kita.