ITS Surabaya: 2 Mahasiswa dari Jurusan Sistem Informasi dan Teknik Informasi Pimpin Simulasi Sidang PBB

Aldiez Rizkia
Sumber :
  • its.ac.id

Surabaya, WISATA – Dua Mahasiswa Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) mengharumkan Indonesia di kancah internasional. dua mahasiswa ITS tersebut telah dipercaya memimpin simulasi sidang internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Sekolah Ciputra International Model United Nations (SCIMUN) 2025 yang berlangsung selama tiga hari sejak 17 Januari lalu, dan diikuti oleh 19 negara.

ITS SURABAYA: Konservasi Lingkungan lewat Siklus Safari Conservation

Pada gelaran yang diikuti oleh peserta dari berbagai negara, kedua mahasiswa ITS tersebut memimpin dua sidang dengan topik yang berbeda. Aldiez Rizkia dari Departemen Sistem Informasi ITS  memimpin sidang di bawah mandat United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) dengan topik Legalisation of Medicinal Use of Cannabis Worldwide. Sedangkan Khairunnisa Rahmahdani Danang mahasiswi Departemen Teknik Informatika ITS memimpin sidang di bawah mandat United Nations Children’s Fund (UNICEF) dengan topik Adjusting Digital Inequality in Children.

Dalam sidang yang diikuti oleh peserta yang berperan sebagai delegasi dari 19 negara tersebut, Aldiez memandu diskusi berupa standar internasional untuk produksi, distribusi, dan penggunaan ganja medis. Adapun dari sejumlah isu utama tersebut, didiskusikan pula solusi yang menghormati perbedaan budaya dan hukum, pencegahan penyalahgunaan, panduan penelitian, serta cara menjaga kedaulatan nasional sembari mendorong kerja sama internasional.

BENGCARE, Platform untuk Hubungkan Bengkel dan Masyarakat secara Digital

Menurut Aldiez, topik yang dibawakannya cukup kontroversial dan menarik bila dilihat dari pandangan berbagai negara. Ganja sering dianggap buruk karena citra negatifnya akibat penyalahgunaannya ganja, namun di balik itu ganja memiliki potensi medis yang besar.

Sementara itu, Khairunnisa berhasil memandu diskusi untuk merumuskan solusi atas berbagai isu kesenjangan akses teknologi dan pendidikan digital bagi anak-anak di seluruh dunia yang diikuti para peserta sebagai perwakilan dari 18 negara. Diskusi ini membahas tentang cangkupan teknologi yang harus diintegrasikan dalam kehidupan anak-anak di era yang serba digital ini yang disertai dengan risiko dan pertimbangan etisnya. 

Mikroplastik Sang Pencemar Lingkungan

Lebih lanjut, disebutkan bahwa pada sidang tersebut didiskusikan pula potensi perbaikan dalam upaya menjembatani kesenjangan digital. Beberapa upaya yang dibahas adalah untuk memperluas akses pembelajaran digital dan menemukan strategi efektif untuk wilayah dengan infrastruktur serta sumber daya yang terbatas. 

Selama menjalankan tugas sebagai pimpinan sidang, Aldiez dan Khairunnisa merasakan pengalaman yang jauh berbeda dari forum diskusi yang biasa mereka ikuti. Tak hanya menerapkan etika diskusi umum, mereka juga mempelajari teknik komunikasi diplomatis untuk berkomunikasi dengan para peserta lainnya.

Halaman Selanjutnya
img_title