Kaum Sofis vs Socrates: Mengungkap Kontroversi Abadi dalam Sejarah Filsafat
- Image Creator/Handoko
Relevansi di Era Modern
Pertarungan intelektual antara kaum sofis dan Socrates tetap relevan di era modern, terutama dalam bidang politik, media, dan pendidikan. Dalam politik, seni retorika yang dipelopori oleh kaum sofis sering digunakan untuk memengaruhi opini publik. Di sisi lain, pendekatan kritis ala Socrates menjadi dasar bagi pengembangan berpikir kritis dalam pendidikan.
Media sosial, misalnya, menjadi arena di mana prinsip-prinsip sofisme sering digunakan. Konten viral sering kali lebih mengutamakan daya tarik emosional daripada kebenaran faktual, mencerminkan relativisme kaum sofis. Namun, di sisi lain, ada juga gerakan untuk mempromosikan literasi digital dan berpikir kritis, yang sejalan dengan warisan Socrates.
Pandangan Akademik dan Data Real-Time
Menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Media Ethics (2023), manipulasi informasi di era digital sering menggunakan strategi retorika yang mirip dengan pendekatan kaum sofis. Data dari Pew Research Center juga menunjukkan bahwa sekitar 64% pengguna media sosial merasa sulit membedakan antara fakta dan opini, menyoroti pentingnya pendekatan Socrates dalam mendidik masyarakat untuk berpikir kritis.
Kaum sofis dan Socrates mungkin berasal dari zaman Yunani kuno, tetapi gagasan mereka tetap memengaruhi cara kita berpikir dan berkomunikasi hingga hari ini. Meski sering bertentangan, keduanya menawarkan pelajaran berharga tentang pentingnya perspektif dan kebenaran dalam kehidupan. Di era modern yang penuh dengan kompleksitas dan manipulasi informasi, perdebatan ini menjadi pengingat bahwa filsafat tidak pernah kehilangan relevansinya.